ChanelMuslim.com – Kita berhadapan dengan seorang zuhud putera Persi, suatu negeri yang terkenal dengan kemewahan dan kesenangan serta hidup boros, sedang ia bukan dari golongan miskin atau bawahan. Tapi dari golongan berpunya dan kelas tinggi.
Kenapa ia sekarang menolak harta, kekayaan dan kesenangan, bertahan dengan kehidupan bersahaja, tiada lebih dari satu dirham tiap harinya, yang diperoleh dari hasil jerih payahnya sendiri?
Kenapa ditolaknya pangkat dan tak bersedia menerimanya? Katanya: “Seandainya kamu masih mampu makan tanah, asal tidak membawahi dua orang manusia, maka lakukanlah!”
Baca Juga: Salman Seorang Zuhud dengan Tunjangan Berlimpah
Salman, Seorang Zuhud Putera Persi
Kenapa ia menolak pangkat dan jabatan, kecuali jika mengepalai sepasukan tentara yang pergi menuju medan perang?
Atau dalam suasana tiada seorangpun yang mampu memikul tanggung jawab kecuali dia, hingga terpaksa ia melakukannya dengan hati murung dan jiwa merintih?
Lalu kenapa ketika memegang jabatan yang mesti dipikulnya, ia tidak mau menerima tunjangan yang diberikan padanya secara halal?
Diriwayatkan oleh Hisyam bin Hisan dari Hasan: “Tunjangan Salman sebanyak 5 ribu setahun, ketika ia berpidato di hadapan 30.000 orang separuh baju luarnya (aba’ah) dijadikan alas duduknya dan separoh lagi menutupi badannya.
Jika tunjangan keluar, maka dibagi-bagikannya sampai habis, sedang untuk nafkah dari hasil usaha kedua tangannya.
Kenapa ia melakukan perbuatan seperti itu dan amat zuhud kepada dunia, padahal ia seorang putera Persi yang biasa tenggelam dalam kesenangan dan dipengaruhi arus kemajuan?
Marilah kita dengar jawaban yang diberikannya ketika berada di atas pembaringan menjelang ajalnya. Sewaktu ruh yang mulia telah bersiap-siap untuk kembali menemui Tuhannya Yang Maha Tinggi lagi Maha Pengasih.
Sa’ad bin Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman menangis, “Apa yang anda tangisi, Wahai Abu Abdillah,” tanya Sa’ad. “Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dalam keadaan ridho kepada anda?”
“Demi Allah,” ujar Salman, “Daku menangis bukanlah karena takut mati ataupun mengharap kemewahan dunia, hanya Rasulullah telah menyampaikan suatu pesan kepada kita, sabdahnya:
‘Hendaklah bagian masing-masingmu dari kekayaan dunia ini seperti bekal seorang pengendara.’ Padahal harta milikku begini banyaknya.”
Kata Sa’ad: “Saya perhatikan, tak ada yang tampak di sekelilingku kecuali satu piring dan sebuah baskom. Lalu kataku padanya: “Wahai Abu Abdillah, berilah kami suatu pesan yang akan kami ingat selalu darimu!”
Maka ujarnya: “Wahai Sa’ad! Ingatlah Allah di kala dukamu, sedang kau derita.
Dan pada putusanmu jika kamu menghukumi.
Dan pada saat tanganmu melakukan pembagian.”
Rupanya inilah yang mengisi kalbu Salman mengenai kekayaan dan kepuasan. Ia telah memenuhinya dengan zuhud terhadap dunia dan segala harta, pangkat dengan pengaruhnya: yaitu pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepadanya dan kepada semua shahabatnya, agar mereka tidak dikuasai oleh dunia dan tidak mengambil daripadanya, kecuali sekedar bekal seorang pengendara. [Ln]