ChanelMusli.com – Haji Wada’ merupakan peristiwa paling bersejarah dalam masa-masa menjelang wafatnya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Tiga khutbah ia sampaikan kepada para jama’ahnya di Arafah, pada hari nahr di Mina, dan pada tanggal 12 Dzulhijjah di Mina juga.
Pesan-pesan mengenai tauhid, pokok-pokok ajaran agama, peringatan terhadap syirik dan maksiat, serta berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah menjadi terasa sangat membekas di hati para Sahabat.
Sampai-sampai Umar bin Khattab menangis, saat ditanya “Apa yang menyebabkanmu menangis?”
Umar menjawab, “Yang membuatku menangis, bahwa selama ini kita dalam proses penyempurnaan agama kita. Adapun bila agama telah sempurna, maka tak sesuatu pun yang sempurna kecuali pasti akan berkurang.”
Seolah Umar telah merasakan ajal Rasulullah semakin dekat.
Pada akhir kehidupannya, Rasulullah juga sempat ziarah kubur ke penghuni makam Baqi’ serta mendoakan syuhada perang Uhud yang telah wafat delapan tahun yang lalu dan terakhir beliau memberi wasiat kepada orang-orang yang masih hidup.
Baca Juga: Strategi Perang Rasulullah Menyembunyikan Identitas
Menjelang Wafatnya Rasulullah
Sepulang dari haji Wada’, kira-kira dua bulan setelahnya Rasulullah mulai jatuh sakit. Hari demi hari sakitnya semakin parah.
Suatu hari, saat beliau berada di rumah Maimunah, beliau meminta kepada istri-istrinya untuk dirawat di rumah Aisyah. Dipapah Rasulullah oleh dua orang sahabatnya menuju rumah Aisyah.
Di tengah kondisi sakitnya, Rasul terus mengupayakan untuk shalat dan berkhutbah kepada kaumnya.
Dalam sebuah riwayat Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengalami sakit yang berat. Kemudian beliau bertanya, “Apakah orang-orang sudah shalat?”
Kami menjawab, “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasulullah.” Beliau memerintah, “Siapkan air untukku dalam bak,” Kamipun melakukannya. Lantas beliau mandi, lalu berusaha bangkit dengan susah payah dan akhirnya pingsan.
Tak lama kemudian, beliau siuman dan bertanya, “Apakah orang-orang sudah shalat?”
Kami menjawab, “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasulullah.” Beliau memeritah, “Siapkan air untukku dalam bak,” Kamipun melakukannya. Lantas beliau duduk dan mandi.
Selanjutnya dengan susah payah beliau berusaha bangkit namun pingsan lagi Sejurus kemudian beliau siuman dan bertanya, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’
Kami menjawab, “Belum. Mereka menunggumu, wahai Rasulullah.” Beliau memerintah, “Siapkan air untukku dalam bak,” Kamipun melakukannya. Lantas beliau duduk dan mandi. Kemudian berusaha bangkit dengan susah payah, namun pingsan lagi
Kemudian beliau siuman dan bertanya, ‘Apakah orang-orang sudah shalat?’ Kami menjawab, ‘Belum. Mereka menunggu Anda, wahai Rasulullah’.” Aisyah menuturkan, “Orang-orang tetap berada di dalam masjid menunggu Nabi untuk menunaikan shalat Isya’.”
Setelah berkali-kali susah payah bangkit untuk mengimami shalat namun selalu gagal dan pingsan. Akhirnya, Rasul mengirim utusan kepada Abu Bakar untuk menggantikannya menjadi imam shalat.
Begitulah, pengorbanan Rasul untuk umatnya, hingga di tengah sakitnya yang semakin parah tidak menyurutkan semangatnya untuk melayani umat.
Ini menjadi pelajaran penting bagi umat Muslim, bahwa sudah sejauh mana perjuangan kita berkhitmat untuk agama dan umat Islam. Apa yang telah kita lakukan di masa-masa sehat tidaklah sebanding dengan perjuangan Rasul di masa-masa sakitnya.[Ln]
Sumber: Wasiat Akhir Nabi Terakhir karya Dr. Sa’id bin Wahf Al-Qahthani.
,