PADA masa Rasulullah, ada 3 pemanah jitu yang juga merupakan sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Kisah ketiganya diceritakan oleh Uttiek Herlambang dalam akun Instagram-nya, Kamis (12/5/2022).
Dalam tulisan berjudul “Anak Panah yang Tak Pernah Salah”, ia membuka dengan kasus penembakan jurnalis Al Jazeera.
“Pasukan pendudukan menyerbu Jenin dan mengepung sebuah rumah di lingkungan Jabriyat. Dalam perjalanan ke sana, saya akan segera membawakan beritanya, segera setelah gambarnya jelas,” demikian pesan terakhir Shireen Abu Akleh (51) yang dikirim melalui email ke kantor Aljazeera (11/5), pukul 06.13 pagi.
Rupanya itu adalah tugas terakhirnya. Jurnalis Palestine itu tewas ditembak peluru di kepalanya saat meliput aksi penggerebekan militer Isr**l di kamp pengungsi di Jenin, Tepi Barat.
Ia tidak sendiri, rekannya sesama wartawan, Ali Al-Samoudi juga ditembak dan mengenai punggungnya. Ali selamat, dan kini masih terbaring di rumah sakit.
Saksi mata, Shatha Hanaysha menceritakan kronologisnya pada Aljazeera, “Kami empat wartawan, semua memakai rompi bertuliskan PRESS, semua memakai helm.
Tentara Isr**l tidak berhenti menembak bahkan setelah Shireen pingsan. Saya tidak bisa mengulurkan tangan untuk menariknya karena tembakan. Tentara zi*n*s bersikeras menembak untuk membunuh.”
“Isr**l ingin mengirim pesan kepada wartawan di seluruh dunia bahwa nasib siapa pun yang ingin menutupi kebenaran akan ditembak dan dibunuh,” ujar juru bicara kelompok Fatah, Osama al-Qawasami.
Dunia menyaksikan apa yang terjadi di medan jihad Palestine. Tak hanya penduduk tak berdosa, relawan medis, hingga jurnalis menjadi sasaran kebrutalan tentara zi*n*s.
Beberapa jam setelah peristiwa itu, polisi Isr**l menyerbu rumah duka di wilayah yang diduduki di Beit Hanina. Padahal keluarga dan teman-temannya sedang berkumpul untuk berkabung atas kematiannya.
“Mereka meminta bendera Palestina diturunkan, mereka mengatakan tidak boleh ada pertemuan apapun. Dan tidak boleh ada lagu kebangsaan dikumandangkan,” kata Ghattas seperti dilansir The New Arab (11/5).
Saksi mata mengatakan, Shireen yang sosoknya mulai dikenal sejak melakukan reportase langsung selama Intifada kedua, ditembak oleh sniper dari jarak sekitar 150 meter.
Baca Juga: Utbah bin Ghazawan, Salah Satu Pemanah Ulung yang Zuhud
Mengenal 3 Pemanah Jitu pada Masa Rasulullah
View this post on Instagram
Sniper atau penembak jitu sangat berbahaya. Kehadirannya jarang diketahui sehingga dapat mengincar targetnya meskipun dari jarak yang sangat jauh.
Salah satu sniper paling legendaris di dunia bernama Simo Hayha. Ia melakukan tugasnya dengan membenamkan diri ke dalam gundukan salju bersuhu -20° C.
Tak cukup sampai di situ, ia juga menjejali mulutnya dengan salju supaya nafasnya tidak terdeteksi musuh.
Kalau di zaman modern ada sniper, maka di kalangan para mujahid ada pemanah jitu. Mereka bisa membidikkan anak panahnya tanpa meleset sedikitpun di tengah kecamuk perang.
Salah satu yang paling masyhur adalah kehebatan sahabat mulia Zubayr bin Al Awwam. Diriwayatkan, ia mampu melesatkan anak panah tepat melewati lubang mata pada topeng besi yang biasa melengkapi baju zirah para prajurit. Tercatat, ia mengikuti semua ghazwah (perang yang dipimpin langsung) Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Sahabat mulia yang pertama kali melesatkan anak panahnya dalam jihad fi sabilillah adalah Sa’ad bin Abi Waqash.
Di perang Uhud, ia menembakkan lebih dari seribu anak panah. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sendiri ikut mengambilkan anak panah dari wadahnya untuk Sa’ad.
Ia dikenal mahir membidik sasaran dengan tepat sekalipun sedang memacu kudanya dengan kencang.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mendoakan Sa’ad dengan kalimat, “Ya Allah, tepatkan lemparan panahnya dan kabulkan doanya.” [HR Hakim].
Mereka yang menekuni hobi atau olahraga panahan, tentu hafal dengan doa ini.
Berikutnya, ada sahabat Abu Thalhah Al Anshari. Ia dikenal dengan kekuatan tangannya saat membidik. Ia bahkan mematahkan dua sampai tiga busur dalam Perang Uhud karena tembakannya yang sangat keras.
Pada masa daulah Utsmani juga ada pasukan elit Jannisary yang bisa memanah tepat sasaran dengan mata tertutup.
Seandainya para mujahid hebat ini masih ada dan diterjunkan di medan laga Palestine, niscaya tak perlu waktu lama, para durjana itu akan terusir dengan hina.[ind]
Untuk mengikuti tulisan Uttiek Herlambang, kamu dapat mengikuti IG @uttiek.herlambang | FB @uttiek_mpanjiastuti | www.uttiek.blogspot.com | channel Youtube: uttiek.herlambang.