ChanelMuslim.com – Ketika Muhammad berusia tiga puluh lima tahun, orang-orang Quraisy merenovasi Ka’bah. Karena keadaan Ka’bah pada waktu itu sudah rapuh dan tua umurnya semenjak zaman Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail. Makkah dilanda banjir besar hingga meluap ke Baitul Haram sehingga sewaktu-waktu bisa membuat Ka’bah runtuh.
Orang-orang Quraisy dihinggapi rasa bimbang merenovasi Kabah atau membiarkannya seperti ini. Namun, akhirnya orang-orang Quraisy sepakat hanya menggunakan uang yang baik saja untuk membiayai renovasi Ka’bah. Uang hasil kezaliman dan hasil jual beli riba, rampasan harta orang lain tidak boleh dipakai untuk mendanai renovasi Ka’bah. Akhirnya Al-Walid bin Al-Mughirah Al-Makhzumi mengawali perobohan bangunan Ka’bah. Mereka membuat pintunya lebih tinggi dari permukaan tanah. Setelah bangunan Ka’bah mencapai ketinggian lima belas hasta, mereka memasang atas dengan disangga enam sendi.
Tatkala pembangunan sudah sampai di bagian Hajar Aswad, mereka saling berselisih tentag siapa yang berhak mendapatkan kehormatan meletakkannya. Perselisihan ini terus berlanjut selama empat sampai lima hari, tanpa ada keputusan. Hampir saja perselisihan itu menimbulkan pertumpahan darah di tanah suci. Saat itu, datanglah usul dari Abu Umayah ibnul Mughirah al-Makhzumi untuk mengatasi perselisihan itu dengan menyerahkan kepada siapapun yang pertama kali masuk lewat pintu masjid. Ternyata yang pertama memasuki masjid adalah Muhammad. Ketika mengetahui hal ini, mereka setuju Muhammad yang mereka juluki al-Amin yang akan meletakkannya. Setelah mereka semua berkumpul, Muhammad meminta sehelai selendang lalu beliau meletakkan Hajar Aswad tepat di tengah-tengah selendang, meminta pemuka kabilah untuk memegang ujungnya, lalu mengangkat bersama-sama ke tempat semula. Ini merupakan cara bijaksana yang diridhai semua orang.
Jadilah Ka’bah berbentuk segi empat, dengan ketinggian mencapai 15 m, panjang sisi tempat Hajar Aswad 10 X 10 m. Adapun pintunya setinggi 2 m di bagian tengahnya dengan ketinggian ¼ m dan lebarnya 1/3 m. Pagar ini dinamakan Asy-Syadzarawan.
Sepuluh tahun sebelum peristiwa renovasi Kakbah, Muhammad saw menikah dengan Khadijah yaitu dua bulan setelah Muhammad pulang dari Syam, dengan mahar dua puluh ekor unta muda. Khadijah adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain sampai Khadijah meninggal dunia.
Semua putra –putri beliau, selain Ibrahim yang dilahirkan Mariah Al-Qibthiyah, dilahirkan dari rahim Khadijah. Yang pertama adalah Al-Qasim, dan dengan nama ini pula Rasulullah dijuluki Abul Qasim, kemudian Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah dan Abdullah. Abdullah dijuluki Ath-Thayyib dan Ath-Tharir. Semua putra beliau meninggal dunia selagi masih kecil. Sementara, semua putri beliau sempat menjumpai Islam dan mereka masuk Islam serta ikut hijrah, kecuali Fathimah yang meninggal enam bulan setelah Nabi meninggal.[ind/Walidah]
Bersambung
sumber:
Buku Siroh Nabawiyah
Penulis: Syaikh Shafiryurrahman Al-Mubarakfuri
Cetakan pertama, 1414 H