ChanelMuslim.com – Mekkah merupakan sentral agama bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Tantangan Rasulullah untuk memperbaiki keadaan bangsa Arab tentu bertambah sulit dan berat jika ada orang yang hendak melakukan perbaikan atau berdakwah di lingkungan mereka.
Di antara wahyu yang pertama-tama turun adalah perintah shalat. Shalat adalah satu di antara ibadah pertama yang diajarkan Allah kepada Rasulullah. Rasulullah menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang yang paling dekat dengan beliau. Suatu saat, ketika Rasulullah ﷺ dan Khadijah sedang melaksanakan shalat, datanglah Ali bin Abu Thalib. Ali yang saat itu masih anak-anak, tertegun melihat Rasulullah ﷺ dan Khadijah rukuk, sujud, serta membaca ayat-ayat Alquran.
“Kepada siapa kalian sujud?” tanya Ali ketika Rasulullah dan Khadijah selesai shalat.
“Kami sujud kepada Allah,” jawab Rasulullah, “Allah telah mengutusku dan memerintahkan aku mengajak manusia menyembah Allah.”
Kemudian, Rasulullah mengajak sepupunya itu untuk beribadah kepada Allah semata serta meninggalkan berhala-berhala semacam Lata dan Uzza. Rasulullah pun membacakan beberapa ayat Alquran yang membuat Ali bin Abu Thalib terpesona karena ayat-ayat itu demikian indah.
Ali meminta waktu untuk berunding dengan ayahnya terlebih dahulu. Semalaman itu, Ali merasa gelisah.
Esoknya, ia memberitahukan kepada Rasulullah dan Khadijah bahwa ia akan mengikuti mereka berdua, tidak perlu meminta pendapat ayahnya, Abu Thalib.
“Allah menjadikan saya tanpa saya perlu berunding dulu dengan Abu Thalib,” kata Ali, “apa gunanya saya harus berunding dengan dia untuk menyembah Allah?”
Jadi, Ali adalah anak pertama yang memeluk Islam. Kemudian, Zaid bin Haritsah, bekas budak yang ikut Rasulullah, ikut masuk Islam juga.
Sampai di situ, Islam masih terbatas pada keluarga Rasulullah istri beliau, sepupu beliau, serta bekas budak yang ikut beliau. Apa yang harus beliau lakukan untuk menyebarkan Islam lebih luas lagi? Beliau tahu betul betapa kerasnya dan betapa kuatnya orang-orang Quraisy menyembah berhala yang diwarisi dari nenek moyang mereka.
Walau demikian, Islam ini harus disebarkan, beliau menyeru mereka kepada Islam, juga menyeru siapapun yang dirasa memiliki kebaikan, betapa pun kerasnya perlawanan orang.
Abu Bakar bin Abu Quhafa dari kabilah Bani Taim adalah teman akrab Rasulullah sejak zaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi utusan Allah. Rasulullah amat menyukai sahabatnya itu karena Abu Bakar adalah orang yang bersih, jujur, dan dapat dipercaya.
Suatu hari, Abu Bakar mendengar desas-desus tentang Rasulullah. Beliau segera keluar mencari sahabatnya itu. Ketika mereka bertemu, Abu Bakar bertanya kepada Rasulullah.
“Wahai Abu Qasim (salah satu panggilan Rasulullah), ada apa denganmu? Kini engkau tidak lagi terlihat di majelis kaummu dan kudengar orang-orang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan masih banyak lagi yang mereka katakan.”
“Sesungguhnya, aku adalah utusan Allah,” sabda Rasulullah.
“Allah mengutusku untuk menyampaikan risalah-Nya. Sekarang, aku mengajak kamu kepada agama Allah dengan keyakinan yang benar. Demi Allah, sesungguhnya, apa yang kusampaikan adalah kebenaran. Wahai Abu Bakar, aku mengajak kamu untuk menyembah Allah yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan janganlah menyembah kepada selain-Nya, dan untuk selamanya kamu taat kepada-Nya.”
Rasulullah memperdengarkan beberapa ayat Alquran. Selesai Rasulullah berbicara, Abu Bakar langsung memeluk Islam. Melihat keislaman sahabatnya itu, Rasulullah amat gembira. Tidak seorang pun yang ada di antara dua gunung di Mekah yang kegembiraannya melebihi kegembiraan Rasulullah saat itu.
Abu Bakar segera mengumumkan keislamannya itu kepada teman-temannya. Beliau juga mengajak mereka mengikuti Rasulullah.
Dalam waktu singkat, ada beberapa yang masuk Islam di antaranya Utsman bin Affan Al-Umawi, Thalhah bin Ubaidillah At-Taimi, Zubair bin Al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abu Waqash pun menemui Rasulullah dan masuk Islam.
Utsman bin Affan menuturkan sendiri tentang keislamannya:
“Aku datang kepada bibiku Urwah binti Abdul Muthalib untuk menjenguknya karena ia sakit. Tidak lama kemudian, Rasulullah datang ke tempat itu juga dan aku perhatikan beliau. Waktu itu, tampak jelas kebesarannya. Beliau pun menghampiri aku dan berkata,
“Wahai Utsman, mengapa kau memerhatikan aku begitu rupa?” tanya Rasulullah.
“Aku merasa kagum terhadap engkau dan terhadap kedudukan engkau di antara kami. Aku juga kagum dengan apa yang dibicarakan orang-orang mengenai dirimu,” jawab Utsman.
Utsman melanjutkan, “Kemudian, Rasulullah mengucapkan kalimat ‘Laa illaha illallah’. Demi Allah, mendengar kalimat itu, Utsman langsung bergetar. Kemudian, Rasulullah membacakan ayat,
وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ ٢٢
فَوَرَبِّ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ إِنَّهُ لَحَقٌّ مِثْلَ مَا أَنَّكُمْ تَنْطِقُونَ ٢٣
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan apa yang dijanjikan kepadamu. Maka, demi Tuhan langit dan bumi, sungguh, apa yang dijanjikan itu pasti terjadi seperti apa yang kamu ucapkan.”
(Adz Dzariyat, 51: 22-23).
Kemudian, Rasulullah berdiri dan pergi keluar. Utsman pun mengikuti beliau dari belakang. Kemudian, Utsamn menghadap beliau dan masuk Islam.
Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid yang berasal dari kalangan bangsawan Mekah, sadar betul bahwa suaminya kelak akan dibenci oleh orang-orang kafir karena dakwahnya. Beliau berjuang di sisi suaminya, memilih Islam, dan menjadi pengikut pertama. Khadijah menukar segala harta miliknya dengan kejayaan Islam yang tidak pernah beliau nikmati.[ind/Walidah]
Bersambung