KISAH keteguhan berbuah surga bisa menjadi inspirasi untuk kita. Kisah ini tentang sebuah keluarga Ammar, Ibunya (Sumiyyah), dan ayahnya (Yasir) yang merupakan penduduk surga.
Baca Juga: Perasaan Penduduk Surga dan Penduduk Neraka
Kisah Keteguhan Berbuah Surga
Ketika Rasulullah bersabda, “Wahai keluarga Yasir, tempat yang telah dijanjikan bagi kalian adalah surga.” Beliau tidak hanya menghibur mereka, tetapi benar-benar mempertegas apa yang beliau ketahui.
Yasir Bin ‘Amir (Ayahnya ‘Ammar) berangkat meninggalkan negerinya (Yaman) untuk mencari saudarannya.
Sesampai di Mekah, ia merasa cocok tinggal di kota itu. Ia tinggal di sana dan mengikat janji persahabatan dengan Abu Hudzaifah bin Mughirah.
Abu hudzaifah menikahkannya dengan satu budaknya yang bernama Sumayyah binti Khayyath. Dari perkawinan yang penuh berkah ini, mereka dikaruniai seorang putra bernama ‘Ammar.
Ketigannya masuk Islam di masa-masa awal, seperti rombongan lain yang telah diberi hidayah oleh Allah.
Seperti halnya yang dialami orang-orang yang masuk Islam di hari-hari pertama, mereka mendapatkan siksaan yang pedih dari orang-orang kafir Quraisy.
Siasat yang dilakukan orang-orang Quraisy terhadap kaum muslimin disesuaikan dengan keadaan.
Jika orang-orang Islam itu berasal dari golongan bangsawan dan berpengaruh, mereka melancarkan ancaman dan gertakan.
Berikut ini contoh gertakan yang dilakukan Abu Jahal, “Kau tinggalkan agama nenek moyangmu, padahal mereka lebih baik darimu. Akan kami buktikan bahwa cara berpikirmu itu keliru! Akan kami jatuhkan kehormatanmu! Akan kami rusak bisnismu dan akan kami musnahkan harta bendamu.”
Setelah itu orang-orang kaifr terus melancarkan perang urat saraf.
Dan, jika muslim itu berasal dari kalangan penduduk yang tidak mempunyai kekuatan, miskin, atau budak belian, mereka menyiksanya dengan berbagai macam siksaan. Keluarga Yasir termasuk dari golongan ini.
Penyiksaan terhadap keluarga Yasir, diserahkan kepada bani Makhzum.
Setiap hari, Yasir Sumayyah, dan ‘Ammar dibawa ke padang pasir Mekah yang sangat panas, lalu disiksa dengan berbagai siksaan.
Siksa yang dialami Sumayyah secara khusus, sangat mengerikan dan menakutkan.
Namun, tidak akan kami paparkan panjang lebar sekarang. Insya Allah pada kesempatan lain akan kita ceritakan pengorbanan dan keteguhan yang ditunjukan oleh Sumayyah bersama rekan-rekan seperjuangannya di hari-hari yang bersejarah itu.
Kali ini kami cukupkan dengan menyebut Sumayyah sebagai tonggak pertama yang mengangkat derajat kemanusiaan.
Keteguhan Sumayyah dalam menghadapi berbagai siksaan menjadikannya sebagai “ibu” bagi seluruh kaum muslimin sepanjang masa.
Rasulullah selalu mendatangi tempat keluarga Yasir disiksa. Hari-hari itu, beliau belum memiliki kekuatan untuk melawan penyiksaan itu.
Rupanya, inilah yang sudah menjadi kehendak Allah. Agama baru, yakni agama Nabi Ibrahim yang suci, agama yang akan dikibarkan oleh Muhammad, bukanlah gerakan perubahan sesaat.
Akan tetapi, agama ini merupakan sistem hidup bagi manusia sepanjang masa. Karena itu, manusia akan menerima agama ini lengkap dengan sejarah kepahlawanan, perjuangan, dan pengorbanan dalam menegakkan agama ini.
Pengorbanan mulia inilah yang menjadi modal utama yang kokoh dan kekalnya ideologi ini. Ia merupakan angin segar menanamkan rasa cinta, harapan, dan kasih sayang di hati orang beriman.
Ia merupakan menara bagi generasi mendatang untuk menilai kebenaran dan kebesaran Islam.
Begitulah, penegakan Islam membutuhkan pengorbanan, harta maupun nyawa. Al-Qur’an telah banyak menegaskan hal ini.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman,’sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabut : 2)
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali-Imran : 142)
“Dan sesungguhnya, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesunggunya, Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya, Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut : 3)
“Apakah kalian akan mengira bahwa kalian akan dibiarkan (begitu saja), sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kalian.” (At-Taubah : 16)
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kalian sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).” (Ali-Imran : 179)
“Dan apa yang menimpa kalian pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.” (Ali-Imran : 166)
Memang, demikianlah Al-Qur’an mendidik mereka yang berpegang teguh kepadanya. Pengorbanan merupakan inti keimanan.
Dan menghadapi segala rintangan dan kekejaman dengan sabar dan keteguhan akan membentuk kesempurnaan iman.
Oleh sebab itu, masa peletakan fondasi, memancangkan tiang dan pada saat membangun model percontohan, Islam harus memperkokoh dan menyucikan diri dengan pengorbanan.
Guna tujuan mulia ini, terpilih sekelompok orang yang akan menjadi teladan bagi generasi Islam sesudah mereka.
Sumayyah, Yasir, dan ‘Ammar termasuk dari kelompok pilihan ini.
Mereka sengaja dipilih oleh Islam untuk mempersaksikan pengorbanan, keteguhan, dan kemauan keras dalam membela Islam, yang sekaligus bukti kuat akan keagungan dan keabadian Islam. [Cms]