ChanelMuslim.com – Kisah keislaman keluarga Ammar ini bermula dari kedatangan Yasir, ayah ‘Ammar, dari Yaman bersama dua saudaranya. Al-Haris dan Malik, ke kota Mekah untuk mencari saudara mereka yang menghilang dalam beberapa tahun terakhir.
Sejak itu mereka terus mencari ke berbagai pelosok negeri hingga sampai ke kota Mekkah. Tapi, di kota ini pun mereka tidak menemukannya.
Karena itu Al Haris dan Malik memutuskan pulang ke Yaman, sedangkan Yasir tetap tinggal di Mekah, karena merasakan suasana yang nyaman sehingga dia memilih tetap tinggal di Mekkah.
Baca Juga: Aktivitas Sosial Muslimah Di Awal Keislaman
Kisah Keislaman Keluarga Ammar
Yasir tidak tahu bahwa dengan keputusannya itu, dia telah memasuki gerbang sejarah baru yang terang benderang.
Dalam tradisi masyarakat Arab jika orang asing ingin tinggal di suatu negeri maka ia harus mengikat perjanjian dengan salah seorang tokoh terkenal di kota tersebut untuk melindungi dirinya dari segala bentuk gangguan masyarakat hingga dapat hidup dengan tenang dan nyaman di kota tersebut.
Yasir mengikat perjanjian dengan Abu Hudzaifah bin al-Makhzum. Tokoh terkemuka Mekkah ini sangat menyukai Yasir karena sifat-sifatnya yang baik dan tindakan-tindakannya yang menyenangkan serta latar belakang keluarganya yang terhormat.
Ia ingin memperkuat hubungannya dengan Yasir, sehingga dia menikahkan seorang budak perempuannya yang bernama Sumayyah binti Khabath dengan Yasir.
Dari pernikahannya dengan Sumayyah binti Khabath, Yasir dikaruniai seorang putra yang bernama ‘Ammar bin Yasir.
Kebahagiaan mereka semakin sempurna ketika Abu Hudzaifah memutuskan untuk memerdekakan Ammar dari statusnya sebagai budak. Namun, tidak lama kemudian, Abu Hudzaifah meninggal dunia.
Pada suatu hari saat masyarakat Arab telah diselimuti kegelapan syirik dan jahiliyah. Islam muncul sedikit demi sedikit, hari demi hari dan menyinari tanah jazirah Arab untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju terang benderang.
Saat mendengar kabar tentang kedatangan risalah Muhammad, Ammar bin Yasir segera membuka hatinya untuk menerima seruan iman seakan-akan sedang mengejar detak jarum jam.
Setibanya di rumah Al-Arqom dan melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam serta mendengarkan wahyu yang disampaikan olehnya, maka hatinya seperti terbang melayang-layang di angkasa karena merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
Ammar langsung mengulurkan tangannya kepada Nabi seraya berkata dengan sepenuh hati “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Ammar pun pulang ke rumahnya dengan langkah yang cepat untuk merangkul tangan kedua orang tuanya dan membawa mereka menuju surga dunia yang membuahkan kenikmatan abadi di surga akhirat
Setibanya di rumah, Ammar mengucapkan salam kepada kedua orang tuanya dan membaca ayat-ayat Alquran. Tidak perlu menunggu lama hati-hati yang bersih dan suci itu langsung terbuka dan sangat senang mendengar firman Allah.
Yasir dan Sumayyah, merasakan keberadaan cahaya yang menyinari seluruh penjuru jagat raya sehingga saat itu juga keduanya mengucapkan bersama, “Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang pantas disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Keluarga mulia dan penuh berkah itu mulai mengayunkan langkah perjalanannya menuju surga Allah. Meskipun harus ditempuh sangat berat penuh rintangan dan panjang tapi hasil yang diraih sangat terpuji dan tidak ternilai harganya.
Tidak lama kemudian berita keislaman keluarga Yasir tersebar dan sampai di telinga Bani Makhzum. Mereka marah besar dengan kejadian itu sehingga langsung mendatangi Yasir dan menyiksa mereka sekeras-kerasnya.
Dari sinilah penderitaan demi penderitaan keluarga Yasir dimulai, tapi hingga akhir hayat, mereka berhasil memegang teguh keimanannya.
Sumber: 35 Sirah Shahabiyah, Oleh Mahmud Al-Mishri. [Ln]