ChanelMuslim.com- Peran Mush’ab bin Umar begitu penting di lahan dakwah baru, Madinah. Meski telah menempuh jarak 400-an kilometer, staminanya tetap terjaga. Bahkan Mush’ab sukses mengislamkan Madinah dalam waktu singkat.
Sebelum umat Islam hijrah dari Mekah ke Madinah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mush’ab untuk membuka “lahan” dakwah baru di negeri yang disebut Yatsrib itu.
Jarak Mekah ke Madinah memang bukan tergolong dekat. Lebih dari 400 kilometer harus ditempuh. Jika di Indonesiakan, jaraknya mungkin setara Jakarta ke Semarang.
Perjalanan Mush’ab ke Madinah juga tidak dengan kendaraan canggih. Keberangkatannya pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sudah jaraknya jauh, risiko keamanannya luar biasa, dan keadaan umat yang dituju pun belum jelas-jelas amat.
Setibanya di Madinah, Mush’ab menginap di seorang warga Madinah yang sudah masuk Islam. Namanya, As’ad bin Zurarah. Dari As’adlah Mush’ab bisa ditunjuki tempat-tempat mana saja yang prioritas dan mana yang menyusul.
Hampir semua daerah dikunjungi Mush’ab dan As’ad. Mereka bergerak seperti tanpa istirahat. Strategi Mush’ab dalam dakwah hampir sama di semua tempat dan suku di Madinah: presentasi, dialog, dan memberikan kesan dalam. Khususnya keramahan, tutur kata yang baik, dan penjelasan yang sistematis.
Ditambah lagi dengan penguasaan Mush’ab dengan Al-Qur’an, baik hafalannya, pemahaman tafsirnya, serta kefakihan ilmu syariahnya. Hal-hal itulah yang membuat Mush’ab begitu diterima di hampir semua kalangan di Madinah.
Hingga, mereka tiba di sebuah daerah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Muadz dengan wakilnya Usaid bin Hudhair. Keduanya begitu kontra dengan penyebaran dakwah Islam. Ia khawatir kalau Mush’ab akan tiba di wilayahnya.
Sebelum sampai di daerah itu, As’ad yang mendampingi Mush’ab memberikan pesan khusus ke Mush’ab. Menurutnya, di daerah ini ada seorang pemimpin kaum yang begitu berpengaruh. Namanya Sa’ad bin Muadz. Kalau dia menerima Islam, tak akan ada dari kaumnya yang akan menolak.
Ketika Mush’ab dan As’ad tiba, Sa’ad bin Muadz sedang melakukan pertemuan dengan kaumnya di balai pertemuan. Sa’ad meminta wakilnya, Usaid, untuk menghalangi dakwah Islam di wilayah itu.
Ketika Mush’ab sedang presentasi di tengah kaum di situ, Usaid mengusir Mush’ab seraya mengangkat tombak. Mush’ab bereaksi tenang. Tak sedikit pun ada ketegangan dan kegelisahan dari wajahnya.
Mush’ab menyambut kedatangan Usaid. Ia mengatakan, silahkan Anda dengar dulu apa yang saya sampaikan. Kalau Anda suka, Anda boleh terima. Dan jika Anda tidak suka, Anda boleh tolak.
Usaid setuju. “Ya, cukup adil tawaranmu,” ucap Usaid. Ia pun duduk bersama peserta lain untuk mendengarkan presentasi Mush’ab.
Usaid begitu terpesona dengan untaian firman Allah yang disampaikan Mush’ab. Ia lebih tertarik lagi dengan penjelasan yang begitu jelas dan dalam. Sedikit pun tak ada bantahan dari Usaid. Ia justru menikmati presentasi itu.
Dan Usaid pun akhirnya menyatakan diri masuk Islam. “Apa syaratnya agar aku bisa masuk Islam?” ucapnya.
Mush’ab menjelaskan, Anda mandi untuk membersihkan diri. Dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah dilakukan, Usaid pun kembali ke balai pertemuan. Ia bertemu dengan Sa’ad bin Muadz yang terheran dengan penampilan Usaid. “Ada rona yang berbeda dari wajahmu!” ujar Sa’ad.
Usaid mengatakan, sepertinya ada hal yang harus Anda dengarkan dari orang itu. Penting, bahkan sangat penting.
Sa’ad pun penasaran. Ia membawa tombak menuju lokasi presentasi Mush’ab. Usaid pun mengikutinya dari belakang.
Setelah bertemu dengan Mush’ab, Sa’ad pun diperlakukan sama seperti halnya dengan Usaid. “Silakan dengarkan dulu apa yang saya sampaikan. Jika Anda suka, Anda boleh terima. Dan jika Anda tidak suka, Anda boleh tolak,” ujar Mush’ab.
Sa’ad pun merespon dengan kalimat yang sama dengan Usaid, “Cukup adil!” Dan ia pun duduk mendengarkan presentasi itu.
Seperti halnya Usaid, Sa’ad seperti tak berdaya dengan untaian firman Allah yang disampaikan Mush’ab. Dari semua sisi, ayat-ayat Al-Qur’an begitu menakjubkan dirinya. Sa’ad pun akhirnya menyatakan diri masuk Islam.
Benar saja, setelah masuk Islam, Sa’ad bin Muadz menyampaikan kepada kaumnya, Siapa pun yang ingin terus dalam perlindungan dan kepemimpinanku, silahkan masuk Islam.
Hampir semua orang di daerah itu masuk Islam, kecuali satu orang. Dan akhirnya, satu orang ini pun menyatakan masuk Islam saat peristiwa perang Uhud. Ia langsung ikut perang Uhud, dan syahid di perang itu. [Mh/Rahiqul Makhtum]