ChanelMuslim.com – Cinta Miqdad bin Amr kepada Islam tidak terkira besarnya. Dan ia tidak akan merasa puas hanya dengan kecintaan belaka, tapi dengan menunaikan kewajiban dan memikul tanggung jawab.
Cinta dan tanggung jawab bila tumbuh dan membesar didampingi oleh hikmah, maka akan menjadikan pemiliknya manusia tinggi. Dan Miqdad bin Amr adalah tipe manusia seperti ini.
Kecintaannya kepada Rasulullah menyebabkan hati dan ingatannya dipenuhi rasa tanggung jawab terhadap keselamatan yang dicintainya, hingga setiap ada kehebohan di Madinah, dengan secepat kilat Miqdad telah berada di ambang pintu rumah Rasulullah menunggang kudanya, sambil menghunuskan pedang atau lembingnya.
Baca Juga: Miqdad bin Amr Sang Pemikir Ulung
Keselarasan Cinta dan Tanggung Jawab Miqdad bin Amr
Sedangkan kecintaannya kepada Islam menyebabkannya bertanggung jawab terhadap keamanannya, tidak saja dari tipu daya musuh-musuhnya, tetapi juga dari kekeliruan kawan-kawan nya sendiri.
Pada suatu ketika ia keluar bersama rombongan tentara yang sewaktu-waktu dapat dikepung oleh musuh. Komandan mengeluarkan perintah agar tidak seorangpun mengembalakan hewan tunggangannya.
Tetapi salah seorang anggota pasukan tidak mengetahui larangan tersebut hingga melanggarnya, dan sebagai akibatnya ia menerima hukuman yang rupanya lebih besar daripada yang seharusnya.
Miqdad lewat di depan orang yang dihukum tersebut yang menangis terisak-isak. Ketika ditanyainya, ia mengisahkan apa yang telah terjadi. Miqdad meraih tangan orang itu, dibawanya ke hadapan komandan, lalu dibicarakan dengannya keadaan bawahannya itu.
Hingga akhirnya tersingkaplah kesalahan dan kekeliruan komandan tersebut. Maka Miqdad berkata kepadanya, “Sekarang suruhlah ia membalas keterlanjuranmu dan berilah ia kesempatan untuk melakukan qishash!”
Sang komandan tunduk dan bersedia, hanya si terhukum berlapang dada dan memberinya maaf.
Kepekaan Miqdad yang tajam mengenai gentingnya suasana, dan keagungan Islam yang telah memberikan kepadanya kebesaran ini, hingga katanya seakan-akan berdendang: “Biar saya mati, asal Islam tetap jaya…!”
Dengan keteguhan hati yang menakjubkan ia berjuang bersama kawan-kawannya untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Rasulullah memberikan ucapan kehormatan kepada Miqdad:
“Sungguh Allah telah menyuruhku untuk mencintaimu, dan menyampaikan pesan-Nya padaku bahwa ia mencintaimu.” [Ln]