ChanelMuslim.com – Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz seorang shahabiyyah yang ikut dalam baiat Ridwan. Ia dibesarkan dilingkungan keluarga yang beriman dan mendidiknya untuk senang mengulurkan tangan dan berkorban.
Ayahnya, Mu’awwidz bin ‘Afra’ adalah salah seorang shahabat yang ikut perang Badar dan turut membunuh Abu Jahal. Suaminya adalah tokoh penting di kalangan Muhajirin, bernama Iyas bin Al-Bukair Al-Laitsi.
Baca Juga: Kisah Keajaiban Doa Ibu
Kedudukan Ar-Rubayyi’ binti Mu’awwidz Di Mata Rasulullah
Keluarganya yang berjasa ini membuatnya juga sangat dihormati oleh Rasulullah. Beliau sering berkunjung ke rumahnya dan senang menerima hadiah darinya.
Para sahabat mengetahui benar kedudukan dan kehormatannya dalam pandangan Rasulullah, sehingga mereka pun ikut sangat menghormatinya.
Salah satu bukti kedudukan yang istimewa di mata Rasulullah adalah ketika beliau datang pada hari pernikahannya. Khalid bin Dzakwan menuturkan, “Kami menemui Ar-Rubai’ binti Mu’awwidz lalu ia berkata,
“Rasulullah hadir pada hari pernikahanku. Beliau masuk dan duduk di atas kasurku. Saat itu ada dua wanita yang menabuh rebana dan melantunkan bait-bait sanjungan kepada orang tua dan keluarga-keluarga yang gugur dalam perang Badar.
Diantara liriknya, mereka melantunkan, “Dan di tengah-tengah kami ada seorang nabi yang tahu tentang kejadian esok hari.”
Mendengar lantunan tersebut Rasulullah berkata, “Mengenai hal ini kalian tidak boleh melantunkannya.”
Rasulullah melarang kedua wanita itu melantunkan lirik yang mengandung pengertian bahwa nabi mengetahui perkara ghaib, karena sifat tersebut hanya milik Allah sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:
Katakanlah (Muhammad), “Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. Dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (An-Naml: 65)
Allah juga berfirman kepada nabi-Nya:
“Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (Al-A’raf: 188)
Memang Rasulullah pernah memberitahuku beberapa perkara yang masih bersifat ghaib. Tetapi itu semua berdasarkan pemberitahuan dari Allah kepadanya, bukan karena benar-benar mengetahuinya tanpa bantuan siapapun.”
Itulah bentuk perhatian Nabi terhadap pendidikan dan pengajarannya. Kunjungan beliau terus membekas dalam ingatan Ar-Rubayyi’ dan tidak pernah melupakannya sepanjang masa. Ia sering menceritakannya dengan penuh rasa bahagia atas keistimewaan itu.
Adz-Dzahabi rahimahullah, mencatat keistimewaan ar-Rubayyi’ ini dalam bukunya Siyar A’laam An-Nubalaa, ia berkata, “Nabi mengunjunginya pada hari pertama pernikahannya demi menyambung hubungan baik dengan sanak keluarganya.”
Barangkali penghormatan Rasulullah yang begitu tinggi pada ar-Rubayyi’ ini disebabkan oleh besarnya rasa hormat beliau kepada keluarganya.
Ketika beliau menghormati ar-Rubayyi’ pada hakikatnya nya beliau menunjukkan kesetiaan dalam bentuk yang paling indah dan total.
Beliau sangat menghormati nilai-nilai iman yang dimiliki oleh seluruh anggota keluarga ar-Rubayyi’, baik laki-laki maupun perempuan, yang telah mengorbankan segala yang dimilikinya, baik tenaga maupun harta demi menjunjung tinggi kalimat Allah. [Ln]