ChanelMuslim.com – Lebih benarkah ucapannya dari Abu Dzar? Sungguh, Rasulullah Saw. bagai telah membaca hari depan shahabatnya itu, dan menyimpulkan kesemuanya pada kalimat tersebut. Kebenaran yang disertai keberanian, itulah prinsip hidup Abu Dzar secara keseluruhan!
Baca Juga Kisah Sebelumnya: Abu Dzar, Muballigh Ulung yang Berjiwa Bebas
Benar bathinnya, benar pula lahirnya.
Benar ‘aqidahnya, benar pula ucapannya.
Ia akan menjalani hidup secara benar, tidak akan melakukan kekeliruan. Dan kebenarannya itu bukanlah keutamaan yang bisu, karena bagi Abu Dzar, kebenaran yang bisu bukanlah bisu, karena bagi Abu Dzar, kebenaran yang bisa bukanlah kebenaran!
Kebenaran Disertai Keberanian, Prinsip Hidup Abu Dzar
Yang dikatakan benar ialah menyatakan secara terbuka dan terus terang, yakni menyatakan yang haq dan menentang yang bathil, menyokong yang betul dan meniadakan yang salah.
Benar itu kecintaan penuh terhadap yang haq, mengemukakannya secara berani dan melaksanakannya secara terpuji.
Dengan penglihatannya yang tajam, bagai menembus ke alam ghain yang jauh tidak terjangkau atau samudera yang tidak terselami.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menampakkan segala kesusahan yang akan dialami oleh Abu Dzar sebagai akibat dari kebenaran dan ketegasannya.
Maka selalu dipesanka kepadanya agar melatih diri dengan kesabaran dan tidak berburu nafsu. Pada suatu hari Rasulullah mengemukakan kepadanya pertanyaan beriku ini:
“Wahai Abu Dzar, bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil barang upeti untuk diri mereka pribadi?”
Jawab Abu Dzar: “Demi yang telah mengutus anda dengan kebenaran, akan saya tebas mereka dengan pedangku!”
Sabda Rasulullah pula: “Maukah kamu aku beri jalan yang lebih baik dari itu? Ialah bersabar sampai kamu menemuiku”
Tahukah anda kenapa Rasulullah mengajukan pertanyaan seperti itu? Itulah persoalan pembesar dan harta!
Nah itulah persoalan pokok bagi Abu Dzar dan untuk itu ia harus membaktikan hidupnya, suatu kemusykilan menyangkut masyarakat umat dan masa depan yang harus dipecahkannya!
Hal itu telah dimaklumi oleh Rasulullah, dan itulah sebabnya kepada beliau mengajukan pertanyaan seperti demikian, yaitu untuk membekalinya dengan nasihat yang amat berharga: “Bersabarlah sampai kamu menemuiku.”
Maka Abu Dzar akan selalu ingat kepada wasiat guru dan Rasul ini. Ia tiadalah akan menggunakan ketajaman pedang terhadap para pembesar yang mengaut kekayaan dari harta rakyat sebagai ancamannya dulu. Tetapi juga ia tidak akan bungkam atau berdiam diri walau agak sesaatpun terhadap mereka. [Ln]
Bersambung…