ChanelMuslim.com- Menikah itu mudah. Yang berat merawatnya. Terlebih lagi dengan perjalanan yang penuh onak dan duri, jurang dan tanjakan.
Perjalanan rumah tangga itu tidak selalu landai. Tidak jarang, perjalanan yang dilalui begitu berat. Tantangan dan hambatan serasa tak pernah henti terjadi.
Namun begitu, ujian berat itu tidak mengendurkan gerak langkah sejumlah pasangan suami istri untuk terus maju. Di antaranya sosok-sosok berikut ini.
Meski profilnya disamarkan, nilai-nilai yang bisa dipetik dari kegigihan mereka bisa menjadi cermin untuk kita. Berikut ini di antara cuplikannya.
Keharmonisan Keluarga Aktivis
Suami istri ini memang dikenal sebagai pasangan yang tahan banting. Setidaknya hal itu dimaklumi oleh teman-teman sesama aktivis sang suami.
Tidak ada yang patut dibanggakan dari sisi ekonomi tentang sosok suami. Waktunya bisa dibilang habis untuk kegiatan sosial keislaman. Banyak orang menyebutnya dakwah.
Kegiatan dakwah di sini bukan ceramah dari panggung ke panggung. Tapi dakwah ke pelosok-pelosok kampung dan kota. Tidak ada podium. Tidak ada massa yang membludak. Dan, tidak ada amplop yang “diharapkan”.
Meski suami istri ini tinggal di perkotaan, rumahnya tidak bisa dimasuki mobil. Motor pun harus lewat bergantian jika berpapasan.
Sang istri juga bisa dibilang aktivis. Ia aktivis pendidikan alias aktif sebagai guru di sebuah sekolah. Dua hal bisa ia dapatkan sekaligus: mentransformasi intelektualitas ke generasi muda dan memperoleh penghasilan. Meskipun tidak banyak.
Bisa dibilang, pasangan ini memiliki jam kesibukan yang sangat tinggi. Sejak sebelum Subuh sudah berkemas. Suami berangkat terlebih dahulu, dan kemudian istri berangkat untuk mengajar.
Keduanya saling mengisi kekosongan mencermati waktu luang untuk sepuluh putera-puteri mereka. Prinsip buat keduanya, anak-anak harus kuliah di kampus negeri.
Prinsip dan sekaligus doa itu terkabul. Sepuluh putera-puteri mereka berhasil lolos di PTN. Sebuah hal yang nyaris mustahil dilakukan untuk keluarga aktivis yang full sibuk di luar.
Kalau dilihat sepintas, orang akan menilai keluarga ini sangat mampu dari finansial. Bayangkan, kok bisa mengkuliahkan sebegitu banyak anaknya di PTN. Padahal untuk satu anak saja, biayanya lumayan.
Ada rahasia kecil tentang itu. Setiap kali anaknya masuk PTN, suami istri ini harus kerja keras meyakinkan pihak kampus untuk memberikan keringanan biaya. Alhamdulillah, semua kerja keras itu berhasil.
Bagaimana kelayakan hidup sehari-hari mereka? Buat suami istri ini, tidak ada yang lebih diprioritaskan daripada pendidikan anak-anak. Meskipun keluarga ini harus makan nasi dengan tempe full selama satu bulan: tempe goreng, tempe kecap, tempe oreg, dan aneka olahan tempe lain.
Kalau masuk ke rumah mereka, orang akan menoleh kiri dan kanan untuk mencari-cari perabot yang biasa terpajang di dalam rumah. Hal ini karena seisi rumah mereka hanya berisi buku dan raknya. Setidaknya di ruang tamu, ruang tengah, ruang musholah mereka.
Suami istri ini seperti sudah sepakat bahwa warisan berharga untuk anak-anak adalah ilmu dan pendidikan. Bagi mereka, warisan ilmu itu tidak akan pernah berkurang dan menyengsarakan. Sementara harta bisa habis dan menjadi rebutan. [Mh]