ChanelMuslim.com – Jangan pernah sombong meski Anda berkuasa. Hanya Nabi Sulaiman yang Allah berikan kekuasaan dan kekuatan luar biasa. Selebihnya, hampir semua utusan Allah hanyalah sosok biasa: bukan raja, penguasa, dan lainnya. Namun, justru di tampilan “biasa”nya, musuh-musuh luar biasa takluk oleh kekuatan alam yang dianggap biasa.
Allah memberikan pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim alaihissalam. Sosok nabi yang biasa ini Allah hadapkan dengan kekuatan besar yang menguasai manusia di Babilonia saat itu. Dialah Raja Namrud.
Kekuasaan dan kekuatan pasukannya begitu dahsyat. Ia bahkan menganggap bahwa tidak ada kekuatan lain yang melampaui dirinya. Dan kesombongan itulah yang akhirnya dihadapi Nabi Ibrahim, rakyat biasa dari anak seorang tukang pembuat patung.
Di mana akhir dari kesombongan Namrud? Ia tidak mati oleh pedang Nabi Ibrahim. Tidak pula terbunuh oleh perang besar. Ia mati setelah seekor nyamuk masuk melalui hidungnya. Berhari-hari, nyamuk itu terus hidup dan menyiksa Namrud dari dalam kepalanya.
Baca Juga: Semut dan Nabi Sulaiman
Jangan Pernah Sombong Meski Anda Berkuasa
Di antara mereka ada Nabi Musa alaihissalam. Allah subhanahu wa taala. pasangkan sosok dengan kekuatan luar biasa sebagai musuhnya. Ia adalah Firaun. Bukti kekuatan dan kekuasaan masih bisa dilihat hingga saat ini di kawasan Mesir. Dan terus menjadi misteri yang belum terpecahkan.
Meski jauh dari zaman moderen, Firaun sudah memiliki kemampuan teknologi bangunan yang hebat. Persenjataannya pun terhebat di zamannya. Pasukannya sangat luar biasa.
Kekuatan yang luar biasa inilah yang dihadapi Nabi Musa bersama pengikutnya yang rakyat biasa. Sebagian besar mereka adalah buruh dan budak. Sebuah perbandingan kekuatan yang jauh dari seimbang.
Di tepian pantai nan luas, Firaun dan pasukannya sangat yakin mereka akan melenyapkan Musa a.s. dan pengikutnya. Tak satu pun penghalang untuk itu. Tapi di luar dugaan Firaun, Nabi Musa a.s. dan pengikutnya bisa menyeberang lautan selayaknya sebuah daratan.
Di saat Firaun melalui lokasi yang sama, daratan itu berubah menjadi lautan. Semua pasukan Firaun dan termasuk dirinya justru yang akhirnya lenyap. Kecuali jasad Firaun yang mati terapung sebagai bukti kelemahan manusia, siapa pun dia.
Firaun tidak mati melalui pedang Nabi Musa. Tidak pula mati dalam pertempuran hebat. Melainkan, mati karena tenggelam.
Baca Juga: UAS di Monas: Firaun pun Tumbang oleh Emak-emak Militan
Pasukan musyrik Quraisy bersama dengan pasukan seluruh jazirah Arab waktu itu yakin sekali akan melenyapkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan seluruh pengikutnya di Madinah. Seluruh penjuru Madinah sudah dikepung.
Bahkan, dari dalam Madinah sendiri, pasukan Yahudi yang memang berdomisili di situ melakukan pengkhianatan. Sempurna sudah. Dari luar Madinah dikepung pasukan musyrik, dari dalam dikhianati pasukan Yahudi.
Jika dihitung secara logika, tidak mungkin umat Islam saat itu bisa selamat. Dan keyakinan itulah yang saat itu dipegang kuat pasukan musyrik dan Yahudi. “Inilah akhir dari riwayat Muhammad dan pengikutnya,” seperti itulah keyakinan itu menggema dalam jiwa-jiwa mereka.
Namun di luar dugaan mereka, tiba-tiba datang badai besar yang menerbangkan pasir-pasir tempat mereka injak. Panas siang padang pasir yang terik tiba-tiba berubah gelap gulita, seolah matahari ditelan sesuatu.
Badai terus berlangsung. Bukan hanya menerbangkan pasir-pasir yang membuat penglihatan mereka kian tak berfungsi. Melainkan juga, menerbangkan tenda-tenda dan perbekalan logistik perang mereka. Semua porak poranda.
Tak tahan dengan keadaan itu, seluruh pasukan itu kocar-kacir. Mereka lari terbirit-birit kembali ke kampung masing-masing.
Mereka lari bukan karena pedang-pedang terhunus umat Islam. Tapi karena badai yang membuat mereka takut luar biasa.
**
Fragmen di atas adalah secuil dari pelajaran tentang tak berartinya kesombongan manusia di hadapan kekuatan Allah subhanahu wata’ala. Sehebat apa pun penguasa, raja, tentara, tak lebih kuat dari seekor nyamuk sekali pun di sisi Allah subhanahu wata’ala
Jangan pernah sombong menandingi kekuasaan Allah, karena menahan kencing saja kita tak mampu. Bercerminlah dengan peristiwa yang telah Allah suguhkan kepada kita. Cukup dan taubatlah. Karena kita hanya makhluk terlemah yang Allah ciptakan di alam raya. (Mh)