GENERASI yang kuat akan mengundang pemimpin kuat dan akhirnya berhasil membalikkan keadaan. Demikian ditulis oleh Uttiek Herlambang, penulis buku Journey to the Light.
Dalam tulisan berjudul, “Saatnya Balikkan Keadaan”, Uttiek memulai tulisannya dengan ucapan PM Israel yang mengatakan mengenai orang yahudi.
“Anda katakan, tidak perlu menjadi yahudi untuk menjadi zionis. Anda benar. Anda adalah zionis yang agung. Salah satu sahabat terbaik kami.”
Kalimat itu diucapkan PM Israel dalam pidatonya saat menyambut Persiden Amerika Joe Biden yang tengah melakukan lawatan kenegaraan ke negeri penjajah itu.
Bukan kebetulan kalau hari ini, 15 Juli 1099, untuk pertama kalinya Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib. Selama 7 hari 7 malam mereka melakukan pembantaian, penjarahan, perkosaan pada penduduk tak berdosa.
Hingga digambarkan darah menggenang setinggi mata kaki orang dewasa.
Tak puas melakukan aniaya, mereka juga menista Masjid Al Aqsha. Memporak-porandakan tempat suci itu. Bahkan menggunakannya sebagai kandang babi.
Peristiwa yang terjadi hari ini, 923 tahun yang lalu itu merupakan kejatuhan pertama umat Islam.
Baca Juga: Kisah Baitul Maqdis Dijual ke Pihak Asing (2)
View this post on Instagram
Generasi yang Kuat akan Mengundang Pemimpin yang Kuat
Seperti diketahui, semenjak Fatuh Makkah grafik pencapaian umat Islam selalu naik. Atas izin Allah, kemenangan demi kemenangan dihadirkan-Nya.
Hanya dalam waktu seperempat abad seluruh jazirah Arab sudah bisa disatukan.
Tak menunggu lama, tumbang kekuasaan Persia dan Romawi.
Tiga perempat abad, wilayah Islam telah meluas hingga semenanjung Iberia (wilayah yang sekarang bernama Spanyol, Portugis dan Prancis). Lalu satu abad kemudian, Islam telah mencapai China dan Asia.
Apa yang terjadi hingga Baitul Maqdis bisa jatuh ke tangan Pasukan Salib? Padahal di saat yang sama, Daulah Abbasiyah masih berdiri kokoh dengan ibukotanya di Baghdad.
Khalifah pun masih ada. Pasukan perang bisa dimobilisasi kapan saja. Bahkan saat para ulama mengeluhkan peristiwa itu, penguasa seakan beranggapan itu bukan urusannya.
History repeats itself. Sejatinya sejarah selalu mengulang dirinya sendiri. Setiap kejayaan ada syarat dan ketentuannya. Setiap kejatuhan ada sebabnya. Dan sebab itu selalu berulang melintas zaman.
Ketika Alqur’an ditinggalkan, saat itulah pendulum sejarah mulai berubah arah. Tak terjadi seketika. Ada siklus abadi yang selalu berulang.
Masa kejayaan akan membuat umat terlena. Umat yang terlena akan menghadirkan generasi yang lemah.
Generasi yang lemah mengundang hadirnya pemimpin yang lemah dan tidak amanah. Saat itulah Allah hadirkan musuh-musuh yang akan memukul gong sebagai penanda tutupnya peradaban.
Kejatuhan akan membuat para mujahid merapatkan barisan. Lalu kembali Allah pergilirkan masa kejayaan.
Kalau penyebab kejatuhan adalah Alqur’an yang ditinggalkan, maka syarat kebangkitan pun tak bisa tidak harus kembali pada Alqur’an.
Niscaya Allah akan hadirkan generasi yang kuat. Generasi yang kuat akan mengundang pemimpin kuat dan akhirnya berhasil membalikkan keadaan.
Isyarat yang diperlihatkan Biden dan para sekutunya sudah harusnya membuat kita berpikir,
“Apa yang sedang mereka rencanakan?”
Semoga menjadi penggerak hati: tidak bisa tidak, kita harus segera kembali pada Alqur’an![ind]