VIRAL sebuah video dua pelajar yang jago menari latin di sekolah. Bagaimana Islam memandang tentang mengajarkan tarian kepada anak-anak?
Ustaz Farid Nu’man Hasan, S.S., M.Ikom. menjelaskan bahwa menari, menurut umumnya para ulama adalah makruh. Bahkan menjadi haram jika dilakukan oleh wanita di hadapan laki-laki bukan mahram.
Atau, saat tarian tersebut bercampur dengan kefasikan seperti khamr, iringan suara wanita yang membangkitkan syahwat, atau musik-musik jahiliyah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا
Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung.
(QS. Al-Isra’, Ayat 37)
Para ulama menjelaskan, di antara larangan yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah larangan menari secara umum, baik dilakukan anak-anak atau dewasa.
Imam Al Qurthubiy Rahimahullah mengatakan:
استدل العلماء بهذه الآية على ذم الرقص وتعاطيه، قال الإمام أبو الوفاء بن عقيل: قد نص القرآن على النهي عن الرقص فقال: ولاتمش في الأرض مرحا. وذم المختال، والرقص أشد المرح والبطر
Para ulama berdalil dengan ayat ini tentang tercelanya tarian dan praktek tarian. Imam Abul Wafa Ibnu ‘Aqil mengatakan: “Alquran telah melarang tarian,”
Beliau mengutip: “Dan janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong,” ayat ini kecaman kepada orang yang sombong, dan tarian lebih parah dari sombong.
(Tafsir Al Qurthubi, 10/263)
Baca Juga: Bukti Pengaruh dari Doa yang Baik dan Buruk untuk Anak
Hukum Mengajarkan Menari Bagi Anak-Anak di Sekolah
Tarian lebih parah dibanding sombong, karena biasanya, saat orang menari, dia akan kagum dengan gerakan tubuhnya; baik tangannya, kakinya, badannya, kepalanya.
Adapun tarian peperangan, yang memang bertujuan latihan peperangan dibolehkan oleh syariat dan pernah dilakukan oleh orang-orang Habasyah (Etiopia) di hadapan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam saat hari raya.
Tertulis dalam Al Mausu’ah:
ذهب الحنفية والمالكية والحنابلة والقفال من الشافعية إلى كراهة الرقص معللين ذلك بأن فعله دناءة وسفه، وأنه من مسقطات المروءة، وأنه من اللهو. قال الأبي: وحمل العلماء حديث رقص الحبشة على الوثب بسلاحهم، ولعبهم بحرابهم، ليوافق ما جاء في رواية: يلعبون عند رسول الله بحرابهم.
Hanafiyah, Malikiyah, Hambaliyah, dan Al Qaffal dari kalangan Syafi’iyyah, mengatakan makruhnya tarian, sebab melakukan itu adalah kotor dan kebodohan, dan termasuk menggugurkan citra diri, serta termasuk hal yang melalaikan.
Al Abbiy mengatakan: “Para ulama memaknai hadits tentang tarian orang Habasyah adalah untuk keahlian pedang mereka, latihan perang, sesuai riwayat lain: “Mereka bermain peperangan di hadapan Rasulullah”.
(Al Mausu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 23/10)
Maka, alangkah lebih baik anak-anak kita tidak dibentuk sejak kecil dengan perkara yang kontroversial. Ajarkan yang jelas-jelas bolehnya, tanpa menghilangkan sisi edukasi.
Demikian. Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.[ind]