ISU resesi ekonomi sedang marak dibicarakan karena ini sangat berkaitan dengan hajat hidup masyarakat. Krisis ekonomi tidak saja terjadi di masa sekarang, khalifah Umar bin Khattab pernah secara langsung menghadapi resesi ekonomi ini.
Secara umum resesi ekonomi dapat diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.
Di masa Umar bin Khattab menjadi khalifah, ia pernah menghadapi resesi ekonomi yang disebut dengan Ramadah.
Baca Juga: Utsmani Penyelamat Resesi
Cara Khalifah Umar bin Khattab Menghadapi Resesi Ekonomi
Ramadah ini merupakan krisis ekonomi yang disebabkan oleh kondisi alam yaitu paceklik.
Krisis ini sangatlah berat. Sumber-sumber air kering, alam tandus, tanaman dan hewan ternak banyak yang mati bahkan manusia juga wafat akibat kelaparan.
Ustaz Asep Sobari mengatakan bahwa pada kondisi ini makanan sangat sulit ditemukan bahkan mereka harus mencari makanan dari sisa-sisa makanan hewan dari lubang-lubang tikus.
Ada pula yang harus makan kulit-kulit bangkai yang dibakar. Hewan ternak sangat kurus hingga saat disembelih tidak didapati daging ditubuhnya.
Masa ini berlangsung selama 8 sampai 9 bulan, tepatnya di akhir bulan Zulhijjah tahun 18 Hijriyah sampai bulan Sya’aban tahun 19 Hijriyah.
Terjadi di Hijaz, Madinah dan sekitaranya sampai ke Tihamah, yaitu bagian barat Hijaz yang memanjang dari ujung Yaman hingga ujung Palestina.
Masyarakat nomaden yang tinggal di pendalaman yang kehidupannya bergantung dengan alam, sampai pergi ke ibu kota, Madinah, untuk mengatasi kelaparan.
Namun, kondisi yang terjadi di pedalaman juga di alami di ibu kota hingga kas Madinah habis. Ini karena aktivitas dagang Madinah juga bergantung pada alam.
Dalam mengatasi situasi ini Umar langsung terjun mengatasi kelaparan masyarakat di bawah kepemimpinannya.
Pada sistem kepemimpin Umar bin Khattab di Hijaz, ia mengutus gubernur sebagai wakil-wakilnya di daerah.
Namun untuk urusan ibu kota Madinah, Umar sendiri yang langsung mengurusnya, ia tidak mengangkat seorang gubernur. Ini adalah prisip yang telah ia buat saat diangkat menjadi khalifah.
Pada krisis Ramadah ini Umar menangani sendiri secara langsung dengan perangkat yang dimiliki Madinah sebelum melibatkan gubernur-gubernur lain di daerah-daerah sekitar Madinah.
Masyarakat di luar Madinah berdatangan ke Madinah hingga penduduk Madinah meningkat dua kali lipat, mereka semua mengadukan masalah krisis ini kepada Umar.
Lalu Umar mengirimkan makanan-makanan yang berasal dari kas negara dan ternak-ternak yang ada di Madinah ke daerah-daerah.
Umar juga melayani mereka yang datang secara langsung dengan membuat dapur umum dengan periuk-periuk yang besar.
Tim yang bertugas sampai harus masak sepanjang malam supaya pagi bisa langsung di makan dan Umar mengontrol langsung orang-orang yang memasak di dapur umum tersebut.
Umar juga memerintah pejabat-pejabatnya untuk menghitung jumlah penduduk di dalam kota Madinah yang akan menerima makanan, juga penduduk di sekitar Madinah.
Bagi orang-orang yang telah berdatangan ke Madinah, Umar tempatkan di pos-pos tertentu.
Berdasarkan persaksian Abu Hurairah, ia pernah melihat Umar memanggul dua karung gandum dan membawa wadah berisi minyak samin menuju pos-pos tersebut.
Umar juga pernah memasak sendiri makanan untuk penduduk yang mengadu kelaparan.
Ini menunjukkan prinsip Umar sebelumnya saat pengangkatannya sebagai khalifah bahwa dirinya akan mengurus langsung segala masalah yang bisa ia tangani sendiri.
Ia juga mengutus perwakilan dari tiap-tiap kelompok di Madinah untuk membagi-bagikan makanan. Mereka tiap sore berkumpul bersama Umar untuk melakukan evaluasi.
Berkaitan dengan persediaan makanan, Umar mengatur cara supaya minyak-minyak baik nabati atau hewani tetap awet. Juga mengeringkan daging-daging menjadi dendeng.
Saat Umar sudah kehabisan kas Madinah, ia meminta bantuan kepada daerah-daerah kekuasaannya untuk mengirim kas daerahnya untuk mengatasi krisis ini.
Di masa krisis Ramadah ini Umar juga merubah kebiasaan kerjanya. Di siang hari ia mengurus urusan umatnya, lalu setelah shalat isya’ ia pulang ke rumah.
Dalam kondisi ini, ia memperbanyak shalat dengan melaksanakan shalat malam hingga akhir malam.
Tidak berhenti sampai di situ, ia kemudian keluar rumah pada penghujung malam ke kawasan sekitar Madinah untuk memeriksa kondisi rakyatnya, setelah beristirahat sebentar.
Ia khawatir juga masih ada rakyatnya yang tidak tidur karena kelaparan.
Dari sini kita bisa pahami bahwa Umar bin Khattab menghadapi masalah dalam kepemimpinannya ini dengan benar-benar memastikan sendiri kondisi rakyatnya.
Putranya pernah mengatakan bahwa ia mendengar Umar di ujung malam berdoa, “Ya Allah, janganlah engkau jadikan kehancuran umat Muhammad ini di masa pemerintahanku. Ya Allah, jangan binasakan kami dengan masa paceklik ini.” Doa ini ia baca berulang-ulang.
Demikianlah Umar mengatasi masa paceklik atau krisis ekonomi ini selama 8 bulan. [Ln]