ChanelMuslim.com – Biarkan aku berkhidmat kepada istriku ini ditulis oleh Kyai Tengku Zulkarnain. Sudah duapuluh lima tahun sejak pernikahan kami, isteriku setia melayani dan berkhidmat atas keperluanku.
Tidak dapat dipungkiri bahwa isteriku ini adalah seorang wanita sholihah, paling tidak menurut penilaianku selama masa perkawinan kami.
Beberapa hari sebelum keberangkatan kami ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji, beliau, isteriku, harus operasi tapak kaki. Dan di luar dugaan, sembuhnya agak lama.
Hingga batas waktu keberangkatan kami tanggal 21 Agustus 2017 yang lalu, Beliau sempat mengatakan bagaimana kalau naik haji beliau dibatalkan saja karena kakinya tidak bisa dipakai berjalan dan akan sangat merepotkanku, sebab dalam perjalanan nanti mesti memakai kursi roda.
Saat itu aku menjawab: “Biar abang yang mendorongnya selama perjalanan ibadah haji kita di sana”. Udara di Makkah dan Madinah saat ini sedang panas bahkan mencapai 48 derajat Celcius.
Tetapi alhamdulillah, akhirnya semua ritual haji dapat kami selesaikan sekuat tenaga kami. Semoga Allah menerimanya dan menyempurnakan seluruh kekurangan ibadah yang kami lakukan.
Hati ini bahagia sekali saat Thawaf Ifadhoh dan Sa’i dapat kami selesaikan nonstop selama 4 jam.
Sungguh kekuatan yang Allah berikan pada kami ini sangat mahal, mengingat usia yang sudah mulai lanjut.
Dan, memang selama ibadah haji ini, tidak kuizinkan siapapun yang mau mendorong kursi roda isteriku, walau banyak rekan, shahabat, atau murid yang dengan senang hati dan antusias menawarkan diri untuk berkhidmat juga.
Baca Juga: Zikir itu Menaikkan Derajat Mukmin di Sisi Allah
Biarkan Aku Berkhidmat Kepada Istriku
Semuanya aku lakukan sendiri. Alhamdulillah…. Isteriku…. semoga khidmat yang sedikit ini dapat membuktikan kasih sayangku kepadamu.
Walau ini semua tidaklah berarti dibandingkan susah payah yang telah engkau berikan kepada aku suamimu, selama 25 tahun perkawinan kita.
Masih kuingat saat aku mengalami sakit perut yang dahsyat, sehingga mesti makan bubur setahun lamanya.
Engkau dengan teliti menyuapiku di tempat tidur setiap 3 jam sekali. Sampai akhirnya aku sembuh…. Juga masih kuingat saat kita pulang kampung ke Medan.
Saat itu musim kemarau. Udara panas sekali. Tiba-tiba listrik mati 4 jam lamanya. Aku tidak bisa tidur siang karena kepanasan.
Engkau mengipasiku dengan sobekan karton di tanganmu selama 2 jam. Aku tertidur nyenyak dan nikmat dari mulai lepas zhuhur sampai azan ashar…..
Juga masih kuingat saat aku pergi melakukan perjalanan naik haji sambil dakwah jalan darat ke Mekkah tahun 1996.
Hal ini kulakukan karena ingin berbakti dan berkhidmat kepada ibuku yang hendak berhaji tahun 1997.
Aku tidak rela beliau pergi ke sana tanpa mahram. Dan, karena itu aku mesti mendahului beliau pergi ke Makkah setahun sebelumnya.
Saat itu hampir setahun, engkau aku tinggalkan sendirian. Engkau mengurus anak kita seorang diri. Dan, engkau bersabar….. Engkau tidak mengeluh saat sendiri atau kepada orang lain, apalagi cemberut dan marah-marah.
Bahkan, engkau menyambutku bagaikan seorang “Raja yang Baru Menang Perang”, saat aku kembali ke rumah kita satu tahun kemudian….
Tidak terhingga rasa syukurku pada-Mu, ya Allah dan terima kasihku padamu, wahai isteriku…. Isteriku…., sungguh sangatlah banyak kenangan manis tentang kebaikanmu kepada aku suamimu ini.
Oleh karena itu, wahai isteriku, janganlah engkau risaukan sedikit khidmatku atasmu ini…..
Semoga Allah menyatukan kita dari dunia fana ini, sampai di surga kelak sebagai suami isteri. Amin.[ind]