SAHABAT Muslim, kita bisa belajar kelembutan dari Rasulullah dari kisah berikut. Sebagai Kita orangtua, terkadang kita tidak bisa menahan emosi ketika menghadapi anak-anak yang bermasalah.
Kalimat kasar sering terlontar. Terkadang amarah meluap seperti air bah, tidak berhenti. Kita terlalu fokus pada perasaan kita dan kesalahan anak.
Kita tidak menenggang rasa pada anak kita sendiri. kita merasa memilikinya hingga merasa wajar jika kita memarahi atau bahkan memukulnya. Kita tidak perhatikan perasaannya.
Baca Juga: Kerinduan Bilal pada Rasulullah
Belajar Kelembutan dari Rasulullah
Mari belajar dari kelembutan Rasulullah ketika menghadapi seorang pemuda yang meminta izin untuk melakukan zina.
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Abu Umamah. Seorang pemuda datang mengahadap Rasulullah dan berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau mengizinkan aku berbuat zina?”
Orang-orang mencemoohnya. Kemudian, Rasulullah bersabda, “Mendekatlah engkau.”
Pemuda itu mendekat hingga ia duduk di hadapan Rasulullah. “Apakah engkau suka perzinaan itu terjadi pada ibumu?” tanya Rasulullah sambal melihat jauh ke mata pemuda itu.
“Tidak! Semoga Allah menjadikan aku tebusanmu,” jawab pemuda itu.
“Demikian pula orang-orang tidak suka perzinaan itu terhadap ibu-ibu mereka. Apakah engkau suka jika itu terjadi terhadap putrimu?” tanya Rasulullah lagi.
“Tidak! Semoga Allah menjadikanku tebusanmu.”
“Demikian pula orang lain, ia tidak menginginkan hal itu terjadi terhadap putrinya. Apakah engkau suka melakukannya dengan saudara perempuanmu?’
Demikian selanjutnya Rasulullah menyebut bibi dari pihak ayah dan bibi dari pihak ibu. Dan pemuda itu terus berkata, “Tidak! Semoga Allah menjadikan aku tebusanmu.’
Kemudian Rasulullah meletakan tangannya di atas dada pemuda itu seraya berkata, “Ya Allah sucikan hatinya, ampunilah dosanya dan peliharalah kemaluannya.”
Pemuda itu berdiri dari hadapan Rasulullah dengan perasaan bahwa tidak ada sesuatu yang paling ia benci daripada zina.
Kisah di atas memberi kita pelajaran dalam menghadapi anak-anak yaitu perbanyak dialog dan doa. Dialog dengan kalimat yang lembut dan tepat ke hati anak. bukan dengan lontaran-lontaran pertanyaan yang sejatinya ungkapan melecehkan diri anak. [MAY/Cms]