SESEORANG penanya mengajukan pertanyaan kepada Ustaz Wido Supraha terkait meminta wasilah kepada para nabi, khususnya Nabi Daniel dan Nabi Yusuf berikut ini kutipannya:
“Ustaz saya mau bertanya, suka keingatan video pendek, ada jasad nabi Daniel (pas musim kemarau lama, warga masyarakat mengeluarkan jasad nabi Daniel untuk wasilah berdoa agar Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan hujan dan benar tidak berapa lama turun hujan (kejadian beberapa kali) wallohu ‘alam bishowab berwasilah berdo’a mi nta diturunkan hujan (misalnya) dengan wasilah jasad Nabi atau orang sholih) apa diperkenankan dalam aqidah Islam ya Ustad?
Kemarin dengan video (youtube) kenapa Yahudi (bani Israil) menjajah Palestina diantaranya mau menggali makam Nabi Yusuf ‘alaihissalam dengan keyakinan kaum yahudi bahwa menemukan jasad Nabi Yusuf ‘alaihissalam akan membawa (wasilah) dimenangkan dalam peperangannya?
Baca Juga: Berwasilah dengan Amal yang Ikhlas
Wasilah Nabi Daniel dan Nabi Yusuf
Jawaban:
Nabi Daniel ‘alaihissalam adalah seorang nabi yang pernah diutus untuk Bani Israil. Jasad beliau pernah ditemukan oleh Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu saat berjuang melawan kaum Tartar di wilayah Hurmuzan, tepatnya di Baitul Mal Hurmuzan.
Diperkirakan jasad beliau telah wafat 300 tahun sebelumnya, meski secara fisik terlihat tidak membusuk dan tetap utuh. Sahabat Anas radhiyallahu ‘anhu menjelaskan sebagaimana riwayat Abi Syaibah (4/7):
عَنْ أَنَسٍ: أَنَّهُمْ لَمَّا فَتَحُوا تُسْتَرَ قَالَ: ” فَوَجَدَ رَجُلًا أَنْفُهُ ذِرَاعٌ فِي التَّابُوتِ , كَانُوا يَسْتَظْهِرُونَ وَيَسْتَمْطِرُونَ بِهِ , فَكَتَبَ أَبُو مُوسَى إِلَى عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ بِذَلِكَ , فَكَتَبَ عُمَرُ: إِنَّ هَذَا نَبِيٌّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ وَالنَّارُ لَا تَأْكُلُ الْأَنْبِيَاءَ , وَالْأَرْضُ لَا تَأْكُلُ الْأَنْبِيَاءَ , فَكَتَبَ أَنِ انْظُرْ أَنْتَ وَأَصْحَابُكَ يَعْنِي أَصْحَابَ أَبِي مُوسَى فَادْفِنُوهُ فِي مَكَانٍ لَا يَعْلَمُهُ أَحَدٌ غَيْرُكُمَا قَالَ: فَذَهَبْتُ أَنَا وَأَبُو مُوسَى فَدَفَنَّاهُ
Dari Anas, “Tatkala mereka (Abu Musa Al-Asy’Ari) menaklukan tustur, mereka menemukan jasad seseorang yang hidungnya panjang. Penduduk Hurmuzan ber-isti’anah (minta bantuan) dan meminta hujan dengan perantara jasad tersebut.
Abu Musa segera menulis surat kepada Umar bin Khattab. Umar membalas surat, ‘Sesungguhnya ini (jasad tersebut) adalah Nabi di antara para nabi. Api tidak akan membakar jasad para nabi dan bumi tidak akan merusaknya.
Hendaklah engkau dan salah seorang sahabatmu menguburkannya di tempat yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, kecuali kalian berdua’. Kemudian aku dan Abu Musa pergi untuk menguburkannya.”
Imam al-Baihaqi meriwayatkan dalam *Dala’ilun Nubuwwah (1/381)*, “Dari Khalid bin Dinar dari Abu ‘Aliyah:
قُلْتُ: فَمَا صَنَعْتُمْ بِالرَّجُلِ؟ قَالَ : ” حَفَرْنَا بِالنَّهَارِ ثَلَاثَةَ عَشَرَ قَبْرًا مُتَفَرِّقَةً، فَلَمَّا كَانَ فِي اللَّيْلِ دَفَنَّاهُ وَسَوَّيْنَا الْقُبُورَ كُلَّهَا، لِنُعَمِّيَهُ عَلَى النَّاسِ لَا يَنْبُشُونَهُ
“Aku berkata kepada Abu ‘Aliyah, ‘Apa yang kalian lakukan pada jasad Nabi tersebut?’. Abu ‘Aliyah berkata, ‘Pada siang hari kami menggali di sungai (airnya dibendung sementara) sebanyak 13 lubang kubur yang terpisah-pisah.
Pada saat malam hari, kami menguburkannya dan kami ratakan semua kubur tersebut agar manusia tidak mengetahui dan tidak menggalinya kembali.”
Sejak saat itu kuburan Nabi Daniel a.s. tidak diketahui oleh siapapun hingga hari ini.
Kemudian, jika ditanyakan apakah kita bisa bertawassul dengan jasad para Nabi?
Pertama, bahwa amalan setiap manusia telah terputus untuk dirinya kecuali 3 (tiga) perkara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagaimana riwayat Muslim no. 1631:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang shalih.”
Kedua, ruh manusia tidaklah mati. Ia tetap terus hidup dan bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Allah ubhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surat Al-Baqarah [2] ayat 154:
وَلَا تَقُولُوا لِمَن يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِن لَّا تَشْعُرُونَ
“(dan janganlah kalian menyebut mereka-mereka yang terbunuh di jalan Allah telah meninggal (sepenuhnya). Tetapi mereka hidup, hanya saja kalian tidak menyadarinya).”
Oleh karenanya, berdo’alah pula kepada ruh orang-orang shalih yang masih hidup, dan bermunajatlah kepada Allah ubhanahu wa ta’ala agar memberikan sesuai kebutuhan hamba-Nya di dunia.
Demikian, semoga bermanfaat.
Pemateri: Ustaz Dr. H. Wido Supraha, ST., M.Si