UJIAN sebuah kekuasaan dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan.
Kekuasaan dalam pandangan Islam cenderung sebagai pembebanan (taklif) ketimbang penghormatan (Tasyrif), kekuasaan merupakan beban amanah, oleh karena itu kekuasaan menjadi ujian bagi para pemangkunya, apakah kekuasaan akan menyelamatkan dunia akhiratnya atau sebaliknya.
Seorang Muslim apabila dia diamanahkan kekuasaan di atas pundaknya maka dia harus memastikan bahwa empat program utama harus tegak di wilayah kekuasaannya, keempat program itu adalah tegaknya sholat, tertunaikannya zakat, amar makruf dan nahi munkar, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{ ٱلَّذِینَ إِن مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِی ٱلۡأَرۡضِ أَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَمَرُوا۟ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَنَهَوۡا۟ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۗ وَلِلَّهِ عَـٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ }
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami berikan kedudukan di bumi, mereka melaksanakan salat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. [Surat Al-Hajj: 41].
Keempat hal ini tidak boleh berkurang atau dikurangi saat seseorang mengemban amanah kekuasaan, karena keempat hal ini merupakan pilar agama yang menopang tegaknya agama itu sendiri.
Abu Bakar As Shiddiq saat mengemban amanah kekuasaan sebagai Khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, saat merebak di awal kekuasaannya harakaturriddah atau gerakan pemurtadan dibarengi dengan penolakan dan pembangkangan membayar zakat, beliau bertekad seraya berkata:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
اوينقص الدين و أنا حي؟ والله لو منعوني عقال بعير يؤدونه الى رسول الله لحاربته بيدي
Apakah agama ini berkurang sedangkan Aku masih hidup? Demi Allah seandainya mereka tidak mau menyerahkan seutas tali unta (zakat) kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (Baitul Mal), maka sungguh aku akan memeranginya dengan tanganku.
Abu Bakar As Shiddiq sebagai Khalifah sangat menyadari bahwa kekuasaan adalah ujian dan amanah, oleh karena itu beliau berpidato setelah pelantikannya seraya berkata:
أما بعدُ، أَيُّها الناسُ فَإِني قد وُلِّيتُ عليكم ولست
بخيركم فإِنْ أَحْسَنْتُ فَأَعِينُونِي وإِنْ أَسَأْتُ فَقَوِّمُوني. الصِدْقُ أمانةٌ والكَذِبُ خِيَانَةٌ . والضعيفُ فيكم قويٌّ عندي حتى أرجعَ إليه حقَّه إن شاء اللّه، والقويّ فيكم ضعيفٌ عندي حتى آخذَ الحقَّ منه إن شاء اللّه.
Amma ba’du, wahai manusia sesungguhnya aku diangkat untuk memimpin kalian, dan aku bukan yang terbaik dari kalian, jika aku berbuat baik maka bantulah aku, tapi jika aku berbuat buruk luruskanlah aku. Kebenaran adalah amanah dusta adalah khianat. Yang lemah di antara kalian kuat di sisiku, sehingga akn aku kembalikan kepadanya apa yang menjadi haknya in syaa Allah, sedangkan yang kuat di antara kalian lemah di sisiku, sehingga akan aku ambil hak darinya in syaa Allah.
Ujian Sebuah Kekuasaan
لا يَدَعُ قومٌ الجِهادَ في سبيل اللّه إلا خَذَلَهم اللَّهُ بالذُلِّ ولا تَشِيعُ الفاحشةُ في قومٍ إِلا عَمَّهم اللَّهُ بِالبلاءِ. أَطِيعُوني ما أَطَعْتُ اللَّهَ ورسولَه فإِذا عَصَيْت اللَّهَ ورسولَه فلا طاعةَ لي عليكم. قُومُوا إلى صلاتكم يَرْحَمْكُمُ اللّه.
سيرة ابن هشام : 4/240، عيون الأخبار لابن قتيبة : 2/ 234
Tidaklah suatu kaum mengabaikan jihad di jalan Allah kecuali Allah akan merendahkannya dengan kehinaan, tidaklah sebuah kekejian merebak pada satu kaum kecuali Allah akan ratakan mereka dengan bencana. Taatlah kalian kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasulnya, jika aku bermaksiat kepada Allah dan RasulNYA maka tidak ada kewajiban taat kalian kepadaku, bersiaplah kalian untuk menunaikan shalat, semoga Allah swt merahmati kalian. (Siroh Ibnu Hisyam 4 / 240 Uyuun Al Akhbar 2 / 234).
Umar bin Khattab saat menjabat sebagi Khalifah Amirul Mukminin, beliau berkata:
والله لو انزلق قدما بعير ليخاف عمر ان يسأل أمام الله لم لم يعبد هذا الطريق؟
Demi Allah, seandainya ada kedua kaki Unta yang tergelincir, sungguh Umar amat takut kelak ditanya di hadapan Allah, mengapa jalan ini tidak dibaguskan?
Abdullah bin Rowahah Radhiallahu ‘Anhu, tatkala diangkat menjadi panglima, di atas kudanya beliau menundukan kepalanya seraya menangis, para sahabatnya yang melihatnya lalu berkata:
ما يبكيك يا عبدالله ؟
Apa gerangan yang membuat engkau menangis wahai Abdullah?
Abdullah bin Rawahah berkata:
ما بي حب الدنيا ولا صبابة منكم ولكن تذكرت حين ذكرني رسول الله صلى الله عليه و سلم، و تلى هذه الاية :
Tidaklah aku cinta dunia juga tidak ingin di dipuja puji oleh kalian, tapi aku teringat saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan aku denga membacakan ayat:
{ وَإِن مِّنكُمۡ إِلَّا وَارِدُهَاۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتۡمࣰا مَّقۡضِیࣰّا (71) ثُمَّ نُنَجِّی ٱلَّذِینَ ٱتَّقَوا۟ وَّنَذَرُ ٱلظَّـٰلِمِینَ فِیهَا جِثِیࣰّا (72) }
Dan tidak ada seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah ketentuan yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam (neraka) dalam keadaan berLuṭut. [Surat Maryam: 71-72].
Lalu Abdullah bin Rawahah berkata: “pada saat itu aku tidak tahu apakah aku termasuk orang orang yang selamat atau tidak dari api neraka”
Abu Dzar Radhiallahu ‘Anhu pernah berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
يا رَسولَ اللهِ، أَلا تَسْتَعْمِلُنِي؟
Ya Rasulullah, tidakkah engkau memberikan jabatan kepadaku?
Baca juga: Kekuasaan Itu Penting, Tapi Berbahaya (1)
Sambil menepuk kedua bahunya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab seraya berkata:
يا أَبا ذَرٍّ، إنَّكَ ضَعِيفٌ، وإنَّها أَمانَةُ، وإنَّها يَومَ القِيامَةِ خِزْيٌ وَنَدامَةٌ، إلّا مَن أَخَذَها بحَقِّها، وَأَدّى الذي عليه فِيها.
Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau itu lemah, sedangkan jabatan itu amanah, dan di akherat bisa menjadi sebab kehinaan dan penyesalan, kecuali yang mengembannya dengan menunaikan haknya, dan menunaikan amanah jabatannya. (HR Muslim).
Salman Al Farisy Radhiallahu ‘Anhu, suatu hari pernah ditanya:
ما الذي يبغض الامارة الى نفسك.؟
Apa yang menyebabkan dirimu tidak menyukai jabatan?
Salman menjawab:
” حلاوة رضاعها، ومرارة فطامها”.
“Terlena dalam susuannya dan berat melepaskannya.”[Sdz]