TUBIR kehancuran. Penulis buku Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti menulis tentang Valentine di Arab Saudi. Beberapa tahun silam, jangan harap bisa membeli mawar merah pada tanggal 14 Februari di Saudi.
Kecuali kalau mau ditangkap Komite Promosi Kebajikan dan Pencegahan Kejahatan, karena dianggap ikut merayakan Hari Valentine.
Tapi lihatlah 14 Februari tahun ini. Disebutkan seorang keluarga kerajaan memesan seikat bunga seharga 3.000 USD (setara dengan Rp46 juta) di sebuah platform online.
“Saya dan teman-teman saling membagikan mawar dan cokelat satu sama lain di kantor,” kata seorang warga Riyadh yang bernama Rania Hasan pada media.
Tahun ini, pemesanan bunga mawar meningkat berkali lipat. Begitupun penjualan cokelat dan hiasan berbentuk hati. Apa pasal? Rupanya polisi moral kerajaan Saudi tak lagi melarang perayaan Valentine.
Di Riyadh, sebuah restoran Yunani bernama Meraki menawarkan pengalaman makan malam romantis yang terinspirasi kisah cinta Penelope dan Odysseus pada pengunjung yang datang bersama pasangannya.
Sementara di Jeddah, sebuah restoran Jepang bernama Nobu menampilkan live DJ untuk “memanaskan” suasana.
Setelah kontroversi perayaan Halloween bulan Oktober lalu, pemerintah Arab Saudi kembali menjadi sorotan karena tidak melarang perayaan Valentine di berbagai restoran dan pusat hiburan.
Sesuatu yang sangat dilarang sebelumnya.
Bukan sikap resmi pemerintah, memang. Namun, pelonggaran berbagai aturan untuk mendukung visi Saudi 2030 dianggap memberi angin bagi gaya hidup hedonisme.
Hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas. Gaya hidup itu pula yang menjadi salah satu faktor runtuhnya Andalusia, lima ratus tiga puluh tahun lalu.
Bisa dibayangkan, apa yang terjadi bila ayat-ayat Allah ditukar dengan dendang lagu dan tarian? Para pencari ilmu berpaling dari ulama dan kitab-kitab.
Masyarakat terlena dengan cerita-cerita tentang negeri Persia. Para penguasa berlomba-lomba membuat istana.
Baca Juga: Membungkus Kemaksiatan dalam Valentine Day dan Dispensasi Nikah
Tubir Kehancuran, Valentine di Saudi
View this post on Instagram
Saat itulah, pendulum kehancuran mulai bergoyang. Semuanya tidak musnah seketika. Kemunduran Andalusia berlangsung selama 200 tahun lamanya, hingga jejaknya benar-benar sirna.
Mengapa kita harus peduli dengan apa yang terjadi di Saudi hari ini? Karena di sana ada Tanah Suci!
Andalusia tidak hancur seketika, begitupun Saudi tak akan hancur dalam satu-dua hari, hanya gegara Halloween atau Valentine. Namun pembiaran demi pembiaran itu akan mengantarkannya ke tubir jurang kehancuran.
Innalillahi wa innailaihi roji’un. [ind]