• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 26 Desember, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Khazanah

Tentang Para Imigran

23/03/2019
in Khazanah
68
SHARES
524
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

Oleh: Savitry Icha Khairunnisa

ChanelMuslim.com–Kejadian pilu di Christchurch, meski puluhan ribu kilometer jaraknya, membuat saya jadi semakin memperhatikan keadaan sekitar saat berada di keramaian.

Kemarin saya merasa, sepertinya lebih banyak orang lokal Norwegia yang tersenyum ramah ke arah kami. Seolah mereka ingin menyampaikan simpati kepada kami sebagai muslim.

Saya juga menerima pesan pribadi yang sungguh menyejukkan dari seorang kawan baik di sini. Ia mengirimkan kata-kata yang menenangkan hati. Ditambah dengan keyakinannya, bahwa para korban pembantaian itu adalah para syuhada yang berbahagia karena akan segera bertemu dengan Tuhan di surga.

Kawan saya itu bukan seorang muslim. Pemahamannya yang baik tentang konsep mati syahid membuat saya terharu. Mungkin karena ia banyak bergaul dengan para pendatang. Para imigran yang melabuhkan harapan akan masa depan yang lebih baik di negeri jauh bernama Norwegia.

Kami sekeluarga adalah juga imigran. Seperti teman-teman asal Suriah, Palestina, Irak, Pakistan, Afghanistan, Uyghur, Sudan, Somalia, Chechnya, dan banyak lagi.
Meski alasan kami datang ke Negeri Viking ini mungkin berbeda, sebutan bagi kami tetap sama: imigran. Orang Norwegia menyebut kami ini “innvandrere”.

Sepuluh tahun jadi warga kota kecil dan tenang seperti Haugesund membuat saya cukup banyak berteman dengan sesama imigran. Saya sampai bisa tahu kalau ada wajah-wajah baru di pusat kota kami. Mereka yang kebanyakan adalah kaum muslim. Yang secara penampilan langsung terlihat berbeda dari warga asli Norwegia.
Kota ini, sebagaimana kota-kota lain di Norwegia, memang masih menyambut para imigran dengan tangan terbuka.
Pusat-pusat pelatihan kerja selalu ramai dengan para imigran yang antusias untuk mendapatkan pekerjaan. Mereka ini kebanyakan adalah para pekerja keras. Mereka bekerja apa saja mau.

Hampir di semua lapangan pekerjaan dimasuki para imigran ini. Kami termasuk di dalamnya. Mulai pekerjaan kerah biru seperti penjaga toko, pekerja pabrik, tukang bersih-bersih, pemilik toko, guru, supir, perawat, dokter, engineer, sampai politikus. Generasi mudanya pun kebanyakan bisa berbaur dengan orang lokal. Para pendatang ini bisa bersaing dan berkontribusi banyak untuk masyarakat.

Lalu apakah tidak ada orang Norwegia yang anti-imigran? Tentu saja ada. Tapi mereka ini kalah banyak dibandingkan orang Norwegia yang terbuka dan senang menerima para imigran sebagai bagian dari masyarakat Norwegia.

Di Facebook ada beberapa grup yang dibentuk untuk bertukar informasi tentang imigran, kebijakan pemerintah untuk masalah imigrasi, hingga kesempatan untuk membantu para imigran agar mereka merasa disambut dan tenang di tanah air barunya.

Kami sesama imigran juga selalu saling membantu, meski untuk hal-hal kecil. Semalam di jalan kami bertemu dua ibu Somalia yang bertanya lokasi toko milik orang Somalia. Mereka seperti kepayahan mendorong kereta bayi sambil bingung karena tak tahu arah. Sepertinya mereka orang baru.

Meski arah kami tak sejalan, kami memutuskan untuk menemani mereka sampai ke depan toko. Melihat senyum merekah di wajah keduanya, kami juga merasa bahagia.

Sebahagia ketika saya melihat Indomie atau tempe di toko Asia langganan.
Sebahagia ketika ada seorang supir taksi asal Afrika yang tersenyum manis ke arah Fatih sambil mengucap Assalamu’alaykum. Ternyata mereka sering bertemu saat salat Jumat di masjid. Kemarin si orang Afrika itu baru keluar dari masjid. Selesai salat ia kembali ke taksinya. Siap bekerja lagi demi keluarga tercinta.

Deretan wajah dan kisah para syuhada dari Christchurch yang berseliweran beberapa hari ini, membuat saya terenyuh. Meski situasi kami jauh berbeda, saya bisa merasakan kehilangan mereka. Empati sebagai sesama imigran.

Betapa berat kehilangan kepala keluarga yang selama ini mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka. Atau kehilangan anak laki-laki yang jadi tumpuan masa depan. Atau para ibu yang memberi rasa hangat, yang mengajari tentang akhlak dan kasih sayang, serta memastikan hidangan lezat selalu tersedia di meja makan.

Kita tak perlu jadi ahli yang sibuk menganalisis masalah imigrasi negara orang lain. Kita hanya perlu jadi manusia untuk bisa memahami rasa kehilangan dan kesedihan.

Bersyukurlah kita semua yang tak perlu pergi meninggalkan tanah kelahiran yang berkecamuk perang atau kelaparan, lalu mencari perlindungan di negeri yang jauh. Bersyukurlah kita yang bebas pergi ke manapun tanpa rasa takut.

Tetap doakan saudara-saudara kita, para syuhada dan keluarga yang ditinggalkan. Semoga Tuhan senantiasa melindungi kita semua.[ind]

Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Pemimpin Partai Buruh Kunjungi Masjid-masjid di Australia

Next Post

Hukum Pemberian Sel Manusia pada Janin Babi

Next Post

Hukum Pemberian Sel Manusia pada Janin Babi

Ibu Sekolah Pertama untuk Anak-anak, Seperti Inilah Persiapannya

BNI Syariah Lakukan Program Pelatihan Masjid di Mataram

  • Bun, Yuk Kenali Gangguan Pencernaan pada 1.000 Hari Pertama Bayi

    124 Nama Sahabiyat untuk Bayi Perempuan

    7755 shares
    Share 3102 Tweet 1939
  • Ayat Al-Qur’an tentang Traveling

    487 shares
    Share 195 Tweet 122
  • Keragaman Modest Wear dengan Wastra dan Konsep Sustainability di Panggung SPOTLIGHT Indonesia 2023 Culture: Then and Now

    108 shares
    Share 43 Tweet 27
  • Doa Ibu yang Mengubah Nasib Anak

    3310 shares
    Share 1324 Tweet 828
  • Salimah Medan Menggelar Halalbihalal Akbar di Masjid Raya Aceh Sepakat

    113 shares
    Share 45 Tweet 28
  • Resep Pastel Tutup, Ide Sajian Pagi Mengenyangkan

    137 shares
    Share 55 Tweet 34
  • Saya dan Kenangan 30 Tahun bersama TipTop Swalayan

    155 shares
    Share 62 Tweet 39
  • Ketika Kepercayaan Dibangun dari Adab: Kisah Azmi Hanif, MC Wedding Muda Asal Bekasi

    67 shares
    Share 27 Tweet 17
  • Hadis tentang Lima Malam saat Doa Tidak Tertolak

    425 shares
    Share 170 Tweet 106
  • Polisi Selidiki Pelaku Pengancaman Bom ke 10 Sekolah di Depok, Jawa Barat

    69 shares
    Share 28 Tweet 17
Chanelmuslim.com

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2025 ChanelMuslim - Media Online Pendidikan dan Keluarga