SYUHADA belia. Setidaknya, 6 bocah syahid dalam serangan yang dilancarkan Israel ke Gaza, Palestine sejak Selasa (9/5) lalu. Enam bocah tak berdosa dalam 3 hari serangan. Sungguh brutal!
Mereka adalah Hajar Khalil Al Bahtini (4), Mayar Tariq Izzudidn (10), Ali Tariq Izzuddin (8), Iman Ala’ata Adas (14), Tamim Dawoud (5), Liyan Madoukh (10)..
Foto dan video kenangan mereka banyak beredar di sosial media. Ada kakak adik Mayar dan Ali yang menjemput kesyahidan di lingkungan rumahnya yang dihajar rudal pasukan zionis.
Senyum malaikat mereka membuat siapa saja teriris hatinya.
Pasukan Israel dengan sengaja menargetkan warga sipil dan anak-anak dalam setiap serangan. Karena warga sipil dan anak-anak kelompok “lemah” yang tak akan melakukan perlawanan berarti.
Berdasarkan data Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA UN) sebanyak 21,8% korban jiwa di Palestina merupakan anak-anak berusia kurang dari 18 tahun.
Rinciannya, sebanyak 1.011 anak laki-laki dan 244 anak perempuan.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Syuhada Belia
Penulis buku Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti dalam artikelnya berjudul Syuhada Belia, menulis bahwa menyerang warga sipil dan anak-anak adalah kejahatan perang. Islam secara tegas melarangnya.
“Janganlah kalian membunuh orang tua, anak-anak, dan wanita…” [HR. Abu Dawud 2614, Ibnu Abi Syaibah 6/438, dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra 17932].
Bahkan ide jenius dicetuskan Daulah Utsmani pada masa Sultan Murad I (1326-1389 M) terhadap anak-anak yatim korban peperangan.
Sultan menolong anak-anak laki-laki yang menjadi yatim dan terlantar. Mereka direkrut dan dilatih menjadi pasukan andal. Pasukan elite ini diberi nama Inkisyariyah (Janissari).
Anak-anak yang kemudian menjadi taruna muda ini menjalani pendidikan militer di sekolah terbaik (Acemi Oglan) khusus Janissari di Enderun.
Mereka dibagi sesuai bakat keilmuannya, seperti ahli strategi perang, pemanah, artileri, ahli senapan, hingga insinyur, seniman, dan ulama.
Selama delapan tahun mereka dilatih mental dan fisik. Teknis memanah, bermain pedang, menunggang kuda, gulat, angkat besi, hingga menggunakan senjata api.
Baca Juga: Menyikapi Perselisihan Pendapat Tentang Daulah Bani Umayyah
View this post on Instagram
Pasukan ini kemudian menjadi sangat loyal. Karena ditempa sejak kecil dan mendapat cahaya hidayah di tempat itu.
Tidak ada pemaksaan untuk memeluk agama Islam. Namun dengan kesadaran sendiri, mereka berbondong-bondong memilih mengucap kalimat Tauhid.
Para ulama ditempatkan di barak-barak, di antara prajurit. Tujuannya untuk menjaga lurusnya niat dan kedekatan pada Yang Maha Memberi Kemenangan.
Banyak fitnah yang dihembuskan atas keberadaan pasukan elite ini. Barat menggambarkan kalau anak laki-laki ini diculik dan dirampas dari keluarga-keluarga mereka untuk dijadikan pasukan berani mati.
Mereka dipaksa meninggalkan agamanya dan beralih menjadi Islam. Tentu saja fitnah itu tidak benar! Yang terjadi justru banyak keluarga suka rela menyerahkan anak laki-lakinya untuk bergabung dengan pasukan Utsmani.[ind]