ChanelMuslim.com – Melihat kedatangan Suhail, kaum muslimin paham bahwa orang-orang Quraisy memilih jalan perundingan. Ini terbaca karena yang diutus adalah Suhail.
Suhail duduk berhadapan dengan Rasulullah. Keduanya terlibat dalam percakapan panjang. Akhirnya disepakatilah jalan damai dan dibuat perjanjian.
Baca Juga: Suhail bin Amru Tawanan Perang Badar yang Menjadi Muslim (1)
Suhail bin Amru Tawanan Perang Badar yang Menjadi Muslim (2)
Suhail ingin agar isi perjanjian ini benar-benar menguntungkan pihak Quraisy, apalagi sikap toleransi Rasulullah sangat mendukung hal ini.
Waktu pun cerus berjalan, hingga tibalah tahun ke-8 Hijriah, di mana Rasulullah dan kaum muslimin terlihat berangkat untuk membebaskan kota Mekah setelah orang-orang Quraisy merusak isi perjanjian yang telah disepakati.
Orang-orang Muhajirin pulang ke tanah kelahiran mereka, setelah mereka dulu diusir dari tempat itu. Mereka pulang kampung ditemani oleh orang-orang Anshar yang telah menampung mereka di Madinah, bahkan lebih mengutamakan mereka daripada diri mereka (Anshar) sendiri.
Islam pun kembali seutuhnya, mengibarkan panji-panji kemenangannya di angkasa luas. Kota Mekah telah membuka semua pintunya. Sementara orang-orang musyrik dalam kebingungan.
Nah, coba bayangkan nasib mereka sekarang. Merekalah yang selama ini menimpakan keburukan kepada kaum muslimin: membunuh, membakar, menyiksa, dan menutup perekonomian kaum muslimin. Semua kejahatan itu telah mereka lakukan terhadap kaum muslimin.
Rasulullah yang penyayang tidak ingin membiarkan mereka tersiksa oleh perasaan mereka sendiri. Dengan dada lapang dan sikap lembut, beliau pandangi wajah mereka. Dengan suara yang penuh kasih sayang, beliau bersabda, “Wahai segenap kaum Quraisy, menurut kalian, apa yang akan kulakukan terhadap kalian?”
Saat itulah, Suhail bin Amru menjawab, “Kami yakin kau akan melakukan yang terbaik. Engkau adalah saudara kami yang mulia, dan putra saudara kami yang mulia.”
Sebuah senyuman berkilau tersungging di kedua bibir Rasulullah, sang kekasih Allah. Beliau bersabda, “Pergilah! Kalian semua bebas.”
Bagi mereka yang mempunyai perasaan, ucapan Rasulullah yang saat itu berada di atas angin ini pasti menimbulkan rasa malu dan menyesal.
Malu dan menyesallah yang saat itu dirasakan oleh Suhail bin Amru. Suasana yang begitu mengharukan telah menggoyahkan hatinya. la menyatakan keislamannya. la tunduk kepada Allah, Sang Pencipta alam semesta.
Keislamannya itu bukanlah keislaman seorang laki-laki yang kalah dan putus asa. Akan tetapi, seperti yang akan dibuktikan di kemudian hari, keislamannya adalah keislaman seorang laki-laki yang terpesona oleh keagungan Muhammad dan keagungan Islam yang dibawa dan diperjuangkan Muhammad mati-matian.
Beginilah Nabi Muhammad mengajak pada Islam, dengan kelembutan dengan kecerdasan dan beliau mengetahui serta mempelajari betul-betul karakter masyarakat yang tempat beliau menyebarkan dakwah. []
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom