ChanelMuslim.com – Suasana Ramadan di Tokyo
Jepang merupakan salah satu negara yang muslim friendly dengan banyaknya kuliner halal dan destinasi wisata halal yang ditawarkannya. Di bulan Ramadan, masjid-masjid di Jepang – yang jumlahnya cukup terbatas – begitu ramai dengan aktivitas kajian, sholat, dan berbagai kegiatan untuk menyemarakkan bulan yang mulia.
“Di tahun-tahun sebelum pandemi, selama satu bulan penuh, Ramadan di Masjid CAMII ini menyelenggarakan iftar (berbuka puasa bersama) tanpa dipungut biaya alias gratis.
MasyaAllah,” kata Eva Yuliana Sari, Am.Keb., dalam Grup Kulwap Jelajah Ramadan di 5 Negara yang digelar ChanelMuslim.com, Kamis (7/5).
Baca Juga: Cara Menjaga Spirit Ramadan
Suasana Ramadan di Tokyo
Membahas tentang Ramadan di Jepang tentu berbeda dengan di Indonesia, Eva menjelaskan bahwa di Jepang, selama 24 jam, akan tampak pemandangan makanan dan aroma sedap makanan ada di mana mana.
“Pemandangan lain yaitu antrian di jam makan siang. Di Jepang ketika jam makan siang, akan ditemukan antrian panjang di depan restoran, baik itu restoran yang unik, baru dibuka, ataupun punya banyak promo, pasti memiliki antrian panjang yang mengular,” tambah Eva yang menemani suami di Jepang sejak tahun 2013.
[gambar1]
display makanan yang menyerupai menu aslinya di restoran di Jepang yang menggugah selera (foto: dok. Istimewa)
Selain terdapat godaan dari makanan-makanan yang terlihat lezat, dan aroma sedap serta pemandangan antrian untuk makan, yang membedakan ramadan di Jepang dan Indonesia yaitu rutinitas dan durasi puasa.
“Aktivitas ketika ramadan di Jepang tidak beda dengan aktivitas di hari biasa tetap lebih sibuk dan melelahkan dibandingkan ketika di Indonesia. Puasa di Jepang durasinya 16-17 jam, dibandingkan di Indonesia yang durasinya 11-12 jam.
Puasa ramadan di Jepang menjadi tantangan ketika jatuh di musim panas, karena durasinya yang panjang dan suhu cuaca panas mencapai 35’ C-38’ C,” jelas Eva yang akrab disapa Eva-chan itu.
Hal lain yang juga membedakan di Jepang dengan Indonesia yaitu suara adzan.
“Kami di Jepang mendengar adzan melalui aplikasi muslim pro atau langsung datang ke masjid,” kata Eva yang rindu dengan suara bedug, suara mengaji, dan shalawatan seperti di Indonesia yang terdengar sampai di setiap rumah.
Setiap tahun, ketika ramadan tiba, warga muslim di Jepang akan merencanakan agenda, namun di setiap kota akan memiliki agenda sesuai kesepakatan warga muslim setempat dan komunitas muslim.
“Contoh beberapa agenda ramadan di Jepang yaitu mengadakan buka bersama di setiap pekan di hari Ahad, berlaku untuk muslim semua negara dan setiap negara akan di-rolling. Misalkan pekan 1 negara Indonesia dan Malaysia, pekan 2 Bangladesh dan India, pekan 3 Pakistan dan Turki, pekan 4 Mesir dan Arab, dengan menyediakan makanan untuk seluruh warga yang hadir di masjid ketika mendapat giliran tiap pekan,” tambah Eva.
[gambar2]
Masjid CAMII, Tokyo
Dengan kegiatan tersebut, saudara-saudara muslim di Jepang akan terasa kebersamaannya.
“Bahkan ada beberapa orang asli Jepang pun ikut hadir ke masjid untuk sekadar ingin tahu dengan agenda muslim saat Ramadan.
Mereka ikut menggunakan hijab (wanita) dan ikut makan bersama saat berbuka tetapi tidak ikut sholat,” kata Ibu dari 2 anak itu.
Ada juga orang Jepang yang ikut berpartisipasi membawakan makanan, seperti minuman atau snack yang sebelumnya sudah ditanyakan tentang komposisi yang boleh dikonsumsi muslim.
Agenda mengundang ustaz dari luar Jepang atau ustaz yang berada di Jepang untuk mengisi kajian menjelang buka puasa, menjadi imam sholat dan mengisi kuliah subuh juga menjadi kegiatan rutin pada saat ramadan di Jepang.
Soal shalat Tarawih, Eva menambahkan, tentunya jemaah sholat Tarawih di Jepang tidak seramai di Indonesia karena masjid hanya berada di titik kota sehingga warga muslim di Jepang yang berada jauh antara rumah ke masjid tidak bisa melaksanakan sholat ke masjid, kecuali bagi yang esok harinya libur kerja (pekerja) atau libur kuliah (student).
Namun untuk sholat Jumat, sholat Idul fitri dan Idul Adha sebagian warga muslim di Jepang bisa melaksanakan dengan mengambil cuti atau izin libur di bulan sebelumnya.
“Sehingga kami yang ada di Jepang sangat mengharapkan kepastian kapan dimulainya ramadan, Idul fitri dan Idul Adha, dan teman-teman di Jepang sangat bersemangat ketika mendatangi masjid walaupun jarak dari rumah ke masjid memakan waktu 1-2 jam,” tandas Eva-chan.
Begitulah tantangan-tantangan warga muslim di Jepang, bahkan sebelum pandemi Corona, untuk merasakan semaraknya aktivitas keislaman saja banyak jalan yang harus dilalui.
“Di balik kesulitan itu, kami bisa merasakan nikmatnya ketika bertemu berkumpul sesama muslim khususnya Indonesia. Selain bisa menjalin silaturahim dengan teman-teman muslim lainnya, rindu menjalankan ibadah puasa Ramadan di Indonesia akan sedikit terobati. Namun terkait pandemi corona ini, sementara kami belum bisa melaksanakan agenda atau rutinitas ibadah di masjid seperti tahun-tahun lalu,” tutup Eva.
Chanelmuslim.com menggelar Kuliah WhatsApp (Kulwap) bertema Jelajah Ramadan di 5 Negara yang dimulai pada Rabu (6/5) hingga Ahad (10/5). Kulwap berdurasi 1 jam tiap sesinya tersebut menghadirkan 5 narasumber dari mancanegara, yakni: Auckland, New Zealand; Tokyo, Jepang; Riyadh, Arab Saudi; Berlin, Jerman; dan Lahore, Pakistan.[ind]