SETIAP istri itu cantik. Kecantikannya tdak semata-mata bersumber dari fisik. Sumber utamanya adalah akhlak, dan ini terpancar dari bagaimana ia menunaikan kewajibannya sebagai seorang istri.
Ada sebuah kutipan yang berbunyi:
aكل امرأة تملك بداخلها جمال خارق
ولا يراه إلّا رجل أحبها بصدق.
“Setiap wanita memiliki kecantikan yang luar biasa dalam dirinya dan hanya bisa dilihat oleh pria yang benar-benar mencintainya.”
“Istrimu yang engkau nikahi 10 atau 20 tahun yang lalu sebenarnya tetap cantik, ia tidak terlihat cantik karena engkau tidak pandai menjaga pandanganmu,” ucap Ustaz Faisal Kunhi M.A.
“Istrimu tidak terlihat cantik mungkin karena cintamu yang sudah mulai pudar, karenanya peliharalah cinta itu sampai ke surga-Nya sebab pernikahan itu jalan yang panjang yaitu bersama dengan orang yang sama dalam waktu yang lama.”
Baca Juga: Menyikapi Ibu yang Percaya Hal Mistis
Setiap Istri itu Cantik
Jika istrimu sudah berhijab, shalat lima waktu, rajin puasa sunnah, suka membaca Al Qur’an dan rajin tahajjud, maka itu kecantikan yang luar biasa dan kamu ridha terhadapnya maka surga untuknya.
Nabi saw bersabda,
إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, niscaya akan dikatakan padanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu manapun yang kau mau.” (HR. Ahmad dari Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu’anhu dan dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albany).
Jika istrimu berakhlak mulia maka itulah kecantikan yang sesungguhnya tetapi nafsu membuat rumput tetangga lebih indah dari rumput yang engkau miliki.
Ulama berkata,
ليس الجمال باثواب تزيننا بل الجمال جمال العلم والادب
“Kecantikan bukan dengan pakaian yang menghiasi kita tetap kecantikan sejati adalah karena ilmu dan akhlak.”
Jika istrimu tidak banyak menuntut dan selalu menerima dengan apa yang engkau berikan maka dia adalah wanita tercantik di dunia karena banyak wanita masuk neraka karena kurang bersyukur terhadap suaminya.
Seselesainya dari shalat Kusuf (shalat Gerhana), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan surga dan neraka yang diperlihatkan kepada beliau ketika shalat,
وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا: لِمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: بِكُفْرِهِنَّ. قِيْلَ: يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ اْلإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita.”
Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan kekufuran mereka.”
Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada suami dan mengkufuri kebaikan (suami).
Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata, ‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.”
(HR. Bukhari no. 5197 dan Muslim no. 907).
Kufur disini bukan bukan keluar dari Islam tetapi tidak melayani suami dengan baik dan tidak bersyukur atas pemberian suaminya.
Kecantikan itu bukan hanya fisik sebab hal itu akan terus berkurang kualitas dan fungsinya dengan berjalannya waktu tetapi kecantikan yang hadir karena agama yang baik dan akhlak yang luhur akan terus dikenang walau sudah sama-sama tua, bahkan walaupun salah seorang pasangan sudah terbaring di alam kubur.
Sebagaimana cinta Nabi kepada Khadijah yang tidak pernah pudar walau ia sudah wafat sampai Aisyah radhiyallahu ‘anhu pun cemburu, bahkan Rasulullah suka memberikan hadiah kepada teman-teman Khadijah karena cintanya yang begitu mendalam kepada cinta pertamanya.
Saat kulit masih kencang, darah mengalir dengan deras, mata masih awas di situlah hadir mawaddah, namun saat kulit sudah kendur , uban sudah bertabur dan mata sudah kabur di situlah hadir kasih sayang, karenanya tidak aneh kita melihat ada kakek dan nenek masih bisa mengatakan “I Love you”.
Allah berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Rum: 21).
Menurut Quraish Shihab, mawaddah adalah cinta yang tulus yang menjadikan seseorang tidak rela pasangan atau mitra yang tertuang kepadanya mawaddah, disentuh oleh sesuatu yang mengeruhkan.
Menurut Ibnu Abbas: Mawaddah adalah cinta seorang laki-laki kepada perempuan sedangkan, rahmah adalah kasih sayang seorang laki-laki kepada wanita ketika ia mendapatkan musibah. [Ln]