ISRA Mi’raj merupakan salah satu momen turunnya perintah shalat. Sekiranya di momen itu, shalat yang ditetapkan Allah sebanyak lima puluh waktu.
Peristiwa Isra Mi’raj memberikan begitu banyak hikmah dan pelajaran. Antara lain, begitu luasnya rahmat Allah kepada umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Salah satunya adalah ditetapkannya shalat menjadi lima waktu dari yang sebelumnya lima puluh waktu.
Nabi Musa Meminta Rasulullah untuk Dapat Keringanan Jumlah Waktu Shalat
Dalam perjalanan mi’raj Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ke Sidratul Muntaha di atas langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan sejumlah Nabi sebelumnya. Di antara mereka adalah Nabi Musa alaihissalam yang berada di langit keenam.
Setelah Nabi Muhammad menerima perintah 50 waktu shalat, beliau turun dan melewati langit keenam di mana ada Nabi Musa.
Nabi Musa menanyakan berapa waktu shalat yang diperintahkan untuk umat Nabi Muhammad. Nabi menjawab, “Lima puluh waktu.”
Nabi Musa meminta Nabi Muhammad untuk balik lagi ke Sidratul Muntaha agar bisa mendapat pengurangan waktu. Setelah balik, Nabi Muhammad mendapat keringanan 5 waktu, sehingga menjadi 45.
Tapi, Nabi Musa meminta lagi agar Nabi Muhammad meminta keringanan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam balik lagi dan dapat keringanan 5 waktu. Begitu seterusnya, Nabi Muhammad mondar-mandir, hingga akhirnya shalat yang ditetapkan menjadi lima waktu saja.
Namun begitu, Nabi Musa tetap meminta Nabi Muhammad untuk balik lagi agar bisa mendapat keringanan waktu. Tapi Nabi Muhammad merasa malu karena sudah mendapatkan banyak keringanan. Dan lima waktu itulah yang akhirnya final menjadi kewajiban shalat setiap muslim.
Sekiranya 50 Waktu
Peristiwa di atas sama sekali tidak menunjukkan bahwa Allah tidak tahu tentang kemampuan umat Nabi Muhammad. Tidak juga menunjukkan bahwa Nabi Musa lebih peduli dengan umat Nabi Muhammad daripada Nabi Muhammad sendiri.
Hal itu merupakan hikmah yang menunjukkan keluasan rahmat Allah subhanahu wata’ala kepada umat Nabi Muhammad. Dan peristiwa itu menjadi terlihat begitu manusiawi untuk umat akhir zaman ini. Wallahu a’lam.
Namun begitu, bayangkan jika memang yang ditetapkan sebanyak 50 waktu shalat. Padahal, dalam sehari saja, hanya ada 24 jam.
Kalau dibagi rata-rata, maka ada satu waktu shalat yang wajib ditunaikan di setiap setengah jam. Jadi, ketika kita baru saja pulang dari masjid untuk shalat berjamaah, tak lama kemudian akan ada panggilan azan lagi untuk shalat berikutnya.
Lalu, gimana dengan kegiatan muamalah lainnya. Seperti, makan, bekerja, sekolah, dan tentu saja tidur. Bagaimana mungkin kita bisa tidur pulas kalau setiap setengah jam ada panggilan azan.
Karena itu, istiqamahlah dengan waktu shalat yang hanya lima ini. Jaga ketepatan dan kekhusyukannya. Jangan ditunda-tunda jika tanpa ada kesibukan yang dimaklumkan. [Mh]