SAYANGILAH orang mulia yang menjadi hina. Pelajaran ini bisa kita dapatkan dari peristiwa ketika Nabi mengutus Ali sebagai panglima perang untuk menaklukkan negeri Thay’.
Adi (pemimpin Thay’) membawa keluarga dan anak-anaknya melarikan diri dari negeri itu menuju Syam, tetapi meninggalkan saudarinya yang bernama Saffanah tetap berada di Thay’.
Baca Juga: Sifat Rendah Hati Menjadikan Seseorang Mulia
Sayangilah Orang Mulia yang Menjadi Hina
Saffanah dijadikan tawanan oleh pasukan berkuda Rasulullah. Saat dibawa menghadap kepada Nabi, Saffanah berkata, “Wahai Muhammad, ayahku telah celaka dan penanggungku meninggalkanku.
Jika engkau membebaskanku dan engkau tidak gembira di hadapan orang-orang Arab lantaran musibah yang menimpaku, maka sesungguhnya ayahku adalah pemimpin bagi kaumnya.
Dia membebaskan para tawanan, menghukum orang yang melakukan kejahatan, melindungi tetangga, dan membela orang yang layak untuk dibela, menolong orang yang tekena musibah, memberi makan kaum yang lapar, mengucapkan salam, menanggung beban orang susah dan anak yatim, menolong saat terjadi bencana.
Tidaklah seseorang yang datang untuk meminta bantuan padanya pulang dengan tangan hampa. Aku adalah putra Hatim Ath-Tha’iy.”
Nabi berkata kepada Saffanah, “Wahai perempuan, ini adalah sifat-sifat yang dimiliki kaum mukmin.
Jika saja ayahmu itu seorng muslim, maka kami pasti akan berkasih sayang padanya.” (Beliau bersabda kepada para sahabatnya), “Bebaskan dia, karena sesungguhnya ayahnya mencintai akhlak yang mulia!” Beliau bersabda tentang Saffanah (juga para sahabat), “Sayangilah orang mulia yang berubah menjadi hina, orang kaya yang menjadi miskin, dan orang alim yang tersesat di antara orang-orang bodoh.”
Rasulullah membebaskan Saffanah, memberinya perlindungan. Saffanah meminta agar ia diizinkan berdoa untuk beliau, dan beliau pun memberikan izin.
Belau bersabda kepada para sahabat, “Dengarkan dan pahami!”
Saffanah berkata, “Semoga Allah memenangkan peperanganmu karena kebaikkanmu. Semoga Allah tidak menjadikanku membutuhkan pada orang yang tercela.
Semoga Allah tidak mencabut nikmat dari seseorang yang mulia dari suatu kaum, kecuali Dia menjadikanmu sebagai penyebab dikembalikannya nikmat itu kepada orang mulia tersebut.”
Setelah Saffanah dibebaskan oleh kaum Muslimin, ia pun kembali kepada kaumnya. Ia menemui saudaranya yang bernama Adi saat berada di Daumatul Jandal.
Kepada saudaranya itu, Saffanah berkata, “Saudaraku, temuilah laki-laki itu (Rasulullah), sebelum kamu dilumat oleh kekuatannya! Sesungguhnya aku telah melihat petunjuk dan penglihatan yang akan mengalahkan orang-orang hebat.
Aku melihat akhlak yang membuatku kagum. Aku melihat beliau mencintai kaum miskin, membebasan tawanan, menyayangi orang yang lebih muda, dan mengetahui derajat orang besar. Aku tidak pernah melihat orang yang lebih mulia dan lebih dermawan dari pada dia. Aku berpendapat bahwa aku akan menemuinya…”
Kemudian Adi menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya. Saffanah juga menyatakan masuk Islam. [Cms]
(Sumber: Golden Stories Kisah-Kisah Indah Dalam Sejarah Islam, Mahmud Musthafa Sa’ad & Dr. Nashir Abu Amir Al-Humaidi, Pustaka Al-Kautsar)