SEPERTI apa pertempuran Balath Asy-Syuhada itu? Ustaz Agung Waspodo, SE, MPP menjelaskan tentang hal tersebut. Beliau menuliskan tentang pertempuran ini.
Dijelaskan bahwa ada tokoh yang Syahid di pertempuran Balath asy-Syuhada (معركة بلاط الشهداء) tahun 114-115 Hijriyah.
Beliau adalah seorang generasi Tabi’in, dialah Abdurrahmaan bin Abdillah al-Ghafiqi.
Pertempuran ini dalam historigrafi Barat/Eropa disebut sebagai Battle of Tours-Poitiers 732 M dengan embel-embel “pertempuran di mana Charles Martel menjinakkan kedigdayaan Andalusia dan menyelamatkan Eropa dari ancaman Islam” sehingga wajar kemudian dijadikan simbol kemenangan oleh kelompok ekstrim kanan anti-Islam sekarang.
Baca Juga: Pertempuran Zallaqah, Pertempuran yang Mempertahankan Andalusia
Mengenal Pertempuran Balath asy-Syuhada
Contoh paling anyar di mana pertempuran ini menyemangati aksi radikal sadistik yaitu teroris Selandia Baru yang membunuh lebih dari 40 muslim di Masjid al-Noor, kota Christchurch. Di mana letak kekeliruannya? Ternyata pada penulisan sejarah serta interpretasinya yang dipelajari dalam ilmu historigrafi.
Menurut Dr. Raghib as-Sirjani dalam bukunya Kisah Andalusia dari Awal Pembebasan hingga Kemunduran (قصة الأندلس من الفتح إلى السقوط ) pada bab Kedua menyebutkan 3 poin penting:
1. Pertempuran ini memiliki kondisi khusus dimana tidak seperti pertempuran lainnya, sulit sekali mencari detil keterangan pada sumber rujukan primer Sejarah Islam (المصادر الإسلامية),
2. Kemungkinannya karena data tersebut masih terpendam (مفقودًا) pada kitab-kitab rujukan sejarawan Islam klasik yang masih belum tersebar/populer (في بطون المخطوطات غير المنشورة) dan masih menunggu untuk diekspos (ينتظر لحظة النور),
3. Perlu dicatat, menurut beliau, bahwa Kaum Muslimin tidak pernah berhenti mencatat (لم يوقفوا في التأريخ ) (perjuangan menyebarkan Islam) walau menghadapi benturan kekalahan yang keras sekalipun (لعزيمة مهما كانت قاسية); sebagaimana yang pernah mereka alami pada Uhud dan Hunayn,
Dr. Raghib as-Sirjani memberi sinyal kepada pembacanya, khususnya saya, untuk jangan berhenti mencari sumber sejarah yang berasal dari catatan sejarawan Muslim klasik terlebih dahulu sebelum lainnya,
Jadi semua analisis, terutama yang berasal dari literatur Barat/Eropa, harus disikapi secara kritis dan bijaksana karena dikhawatirkan terselip pengagungan secara berlebihan terhadap kemenangan itu serta membesar-besarkannya.
Karya Dr. David Nicolle sebagai sejarawan yang cukup objektif dalam menimbang sejarah Dunia Islam menurut bacaan Ustaz Agung W sejak 1995 menarik untuk disimak: “pertempuran Poitiers hanya satu episode pada periode di mana banyak kejadian terkait lainnya” dan “memang sempat menghentikan gelombang perluasan wilayah Islam ke Eropa Barat” namun “tidak dapat dibenarkan bahwa Charles Martel seperti menyelamatkan peradaban Barat dari kehancuran!” tegasnya.
Agung Waspodo, agak sedikit menahan diri dari menulis menggunakan sumber-sumber Barat/Eropa yang dimilikinya sebelum mencoba mencari dari sumber klasik sejarawan Islam terlebih dahulu. [Cms]
Depok, 9 Rajab 1440 Hijriyah
Referensi:
Dr. Raghib as-Sirjani, Maktabah al-Funun wal Adab, Cetakan ke-8, Kairo: 2014
قصة الأندلس من الفتح إلى السقوط
Dr. David Nicolle, Poitiers AD 732 – Charles Martel Turns the Islamic Tide, Osprey Publishing, London: 2008.
[ind/Cms]