PENGKHIANATAN pada masa para Nabi, misalnya terjadi pada masa Nabi Yusuf, Nabi Luth, Nabi Nuh, hingga pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Peristiwa pengkhianatan adalah peristiwa yang sangat menyakitkan. Penelitian dari Universitas Michigan, Amerika, menyebutkan, otak akan memberikan reaksi sakit pada korban pengkhianatan.
Dari hasil pindai otak, terdeteksi adanya semacam “sengatan api ringan” pada tubuh responden.
Korban pengkhianatan juga sulit melupakan peristiwa yang menimpanya.
Menurut studi dari Albert Einstein Collage of Medicine atas 15 responden dewasa, hasilnya menunjukkan adanya peningkatan aktivitas otak yang terkait dengan dophamine.
Ini sekaligus menjawab pertanyaan mengapa peristiwa pengkhiatan itu seakan terus berputar dalam memori korban.
Begitu rusaknya peristiwa pengkhianatan hingga dibadikan dalam Alqur’an.
Paling masyhur di antaranya, pengkhianatan saudara-saudara Nabi Yusuf, pengkhianatan anak dan istri Nabi Nuh, pengkhianatan Samiri, pengkhianatan kaum Tsamud, hingga pengkhianatan istri Nabi Luth.
Dalam perjalanan hidupnya, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga mengalami beberapa kali peristiwa pengkhianatan.
Seperti pengkhianatan Abdullah bin Ubay dalam peristiwa Perang Uhud.
Syahdan ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan pasukan Muslimin sedang dalam perjalanan menuju Uhud, Abdullah bin Ubay membelot dengan membawa 300 orang bersamanya.
Pasukan Muslimin yang semula 1.000 orang berkurang menjadi 700 orang. Sejarah lalu mencatat, akhir pilu dari perang itu.
Pengkhianatan terbesar adalah pengkhianatan Yahudi Madinah hingga berujung dengan pengusiran mereka dari Benteng Khaibar.
Baca juga: Pengkhianatan Yahudi
Pengkhianatan pada Masa Para Nabi
Sejarah terus berulang. Ada benang merah yang sama dalam setiap kejatuhan daulah-daulah Islam, yakni munculnya para pengkhianat.
Seperti kejatuhan Granada yang dimotori oleh trio pengkhianat, Yusuf bin Kamasyah, Abul Qasim al-Malih dan Al Faqih Al Baqini. Ketiganya adalah para menteri yang berada di lingkaran terdekat sultan.
Bahkan, Al Faqih Al Baqini adalah seorang ulama, ahli ilmu, yang mencarikan dalil-dalil pembenaran untuk menekan sultan.
View this post on Instagram
Begitupun kejatuhan Baghdad hingga Utsmani. Selalu ada manusia-manusia yang menjual bangsanya demi kepentingan pribadi.
Begitu berbahayanya para pengkhianat hingga Allah menegaskan dalam Alqur’an.
“Dan jika engkau (Muhammad) khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berkhianat.[QS Al Anfal: 58]
Semoga Allah jauhkan kita dari para pengkhianat.[ind]