PELAJARAN dari Alhamdulillah. “Alhamdulillah”. Kata ini singkat dan sering diucapkan dalam keseharian.
Saking seringnya, hingga seakan kita tak memaknainya saat mengucapkan.
Allah menggunakan kata al-hamd dalam surat al-Fatihah ayat satu.
Dalam pandangan ulama, tahmid (Alhamdulillah) lebih dalam daripada syukur (tasykur).
Syukur masih dikaitkan dengan perhitungan dan penilaian. Tahmid sudah melewati perhitungan dan angka-angka yang bersifat fisik.
Tahmid sudah identik dengan penyerahan diri secara total kepada Allah.
baca juga: Kisah di Balik Makna Alhamdulillah ala kulli haal
Pelajaran dari Alhamdulillah
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti menulis, hal ini sejalan dengan penelitian Bernard Jensen yang ditulis dalam bukunya berjudul “The Science and Practice of Iridology.”
“Dokter di zaman sekarang akan menyadari penyembuhan yang paling penting bukanlah tubuh fisik, tetapi pikiran yang mengendalikannya.”
Stres dapat menyebabkan hilangnya kalium dan natrium dalam tubuh karena mempengaruhi kelenjar adrenal dalam menciptakan lebih banyak kebutuhan akan mineral.
Bahkan kegembiraan atau ketertarikan yang berlebihan juga bisa menimbulkan penyakit, yaitu gula darah rendah (hipoglikemia).
Karenanya, Islam mengajarkan untuk mengambil jalan yang seimbang dalam hidup.
Agar diri merasa tenang dan sehat, perbanyak ucapkan “Alhamdulillah” atas apa yang dimiliki dan yang dihadapi.
Kalimat “Alhamdulillah” pula yang membedakan dampak psikologis perang yang dialami saudara-saudara kita di Palestine dengan orang-orang I*r*el.
Saudara-saudara kita di G*aza memberikan contoh nyata bagaimana ketegaran paling maksimal yang bisa dilakukan manusia yang berbalut keimanan kokoh.
Kata “Alhamdulillah” selalu terucap pertama atas semua kejadian yang menimpa menjadi bukti nyata.
Sebaliknya, Clalit Health Services, Organisasi Manajemen Kesehatan (HMO) menyebutkan telah merawat lebih dari separuh warga I*r*el.
80 persen warga yang tinggal di wilayah utara dan selatan yang dilanda perang membutuhkan obat-obatan psikiatri dan obat penenang.
Termasuk antidepresan dan obat anti-kecemasan (Cipralex, Lustral, Prozac, dan sejenisnya), serta obat-obatan benzodiazepin (seperti Xanax, Kolonopin, Loriven, dan lain-lain).
View this post on Instagram
Seorang dokter mengatakan, “Sebagai contoh, seorang ibu datang kepada kami yang putranya mendapat pemberitahuan pemanggilan tentara cadangan, dia merasa cemas dan membutuhkan bantuan obat-obatan.”
Tak terbayangkan seandainya kondisi saat ini terbalik. Kehancuran total seperti yang dialami penduduk G*za menimpa warga I*r*el, entah apa yang akan dilakukan.
Barangkali kita akan membaca berita angka bunuh diri di Ir*el meningkat berkali lipat.
Alhamdulillah, Allah takdirkan kita sebagai seorang muslim.
Jangan lupa perbanyak ucapkan “Alhamdulillah” dan qunut nazilah untuk saudara-saudara kita di Palestine.[ind]