CERMIN memantulkan bayangan diri seseorang saat di depannya. Jangan salahkan cermin ketika bayangan terlihat buruk.
Semua orang tua menginginkan anak-anaknya menjadi orang baik: hiburan hati di masa kecil dan investasi kebaikan untuk masa depan.
Namun, kadang apa yang diajarkan orang tua kurang merembes pada diri anak-anak. Yang diajarkan kebaikan tapi yang dilakukan setengah keburukan, kadang keburukan semua.
Kenapa? Boleh jadi, ada sesuatu yang luput dari orang tua. Yaitu, pengajaran semata-mata melalui lisan. Atau kadang juga terlalu bergantung pada pengajaran melalui jasa orang lain.
Orang Tua Cermin untuk Anaknya
Ada baiknya kita bertadabur dengan model pengajaran yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabat dan keluarganya.
Allah subhanahu menyebut Nabi sebagai teladan yang baik. Teladan adalah istilah lain dari cerminan. Apa yang dilakukan Nabi, begitu pula yang akan dilakukan para sahabat radhiyallahum ajma’in.
Justru model pengajaran ini jauh lebih efektif daripada melalui lisan. Para sahabat tidak perlu jelimet memahami nilai-nilai Islam. Cukup dengan meneladani apa yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Begitu pun orang tua terhadap anak-anak. Cukup dengan menunjukkan ayah rajin ke masjid, maka anak-anak pun akan rajin ke masjid. Cukup dengan ibu yang konsisten berbusana muslimah, maka anak-anak putri pun akan ikutan berbusana muslimah.
Dalam tataran yang lebih detil, orang tua harus berhati-hati bicara, bertingkah, dan lainnya. Misalnya, tentang ucapan yang baik, kebersihan, dan kerapihan. Karena hal ini akan menjadi acuan untuk anak-anak.
Jadi, sebelum mengajarkan hal baik pada anak-anak, pastikan bahwa orang tua sudah terlebih dahulu terbiasa dengan yang baik itu.
Anak-anak Cermin Orang Tuanya
Kalau sebelumnya patokan pada orang tua, untuk melihat outputnya patokan ada pada anak-anak. Sejauh mana anak-anak meneladani dan memahami yang diajarkan orang tua, maka seperti itulah yang akan tercermin pada diri anak-anak.
Jadi, ketika mendapati ada anak yang malas bangun Subuh, segeralah melalukan introspeksi. Karena boleh jadi orang tua juga sering kesiangan bangun Subuh.
Ketika mendapati anak-anak suka berbohong, maka introspeksilah. Karena boleh jadi, tanpa sengaja, orang tua membiasakan bohong pada anak-anak. Misalnya, menjanjikan sesuatu hanya untuk basa-basi saja, sementara buktinya tidak pernah ada.
Begitu pun ketika mendapati anak-anak suka bertengkar dengan kakak adik. Boleh jadi, tanpa sengaja, ayah ibu mempertontonkan pertengkaran di antara mereka.
Jadi, jangan buru-buru menyimpulkan cerminnya yang kotor ketika wajah kita tak bagus di cermin. Padahal boleh jadi, bukan cerminnya, tapi diri kita yang harus ‘dibersihkan’. [Mh]