MENYIBUKKAN diri dengan aktivitas yang bermanfaat. Dalam wasiatnya, Imam Syahid menutup dengan kalimat, “Dan jangan buang waktumu sedikit pun dengan hal yang tidak bermanfaat.”
Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
من حسن إسلام المرء: تركُه ما لا يعنيه
Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan yang tidak bermanfaat. (HR. At Tirmidzi)
Meninggalkan yang tidak bermanfaat, juga merupakan ciri seorang mukmin sebagaimana yang Allah Ta’ala gambarkan:
{ وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنِ ٱللَّغۡوِ مُعۡرِضُونَ }
Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna (QS. Al-Mu’minun:3).
Bahkan meninggalkan yang tidak bermanfaat sampai ada yang mengatakan keseluruhan ajaran Islam itu sendiri.
Imam Ibnu Hajar al Haitami mengatakan:
وأقول: بل هو نصف الإسلام، بل هو الإسلام كله
Aku katakan: Bahkan itu adalah setengahnya Islam, bahkan itulah Islam keseluruhannya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Al Hasan Al Bashri Rahimahullah berkata:
من علامة إعراض الله عن العبد أن يجعل شغله فيما لا يعنيه
Di antara tanda Allah Ta’ala telah berpaling dari seorang hamba adalah dijadikannya hamba itu sibuk pada hal-hal yang tidak manfaat.
Maka, bagi para aktivis Islam dan para da’i tidak sepatutnya berlama-lama dalam perkara yang melalaikan, tidak berguna, jauh dari memikirkan umat, jauh dari urusan dunia yang bermanfaat, jauh dari kesibukan dengan ilmu, dakwah, dan jihad.
Karena ketika dia sedang sibuk dengan kelalaian dan hal yang tidak bermanfaat maka dia tidak mungkin sedang sibuk dengan kebaikan dan perkara yang bermanfaat.
Baca juga: Kiat Mengatur Waktu agar Hidup Tak Sia-sia
Menyibukkan Diri Dengan Aktivitas yang Bermanfaat
Sesekali bergurau dan santai tentu tidak masalah, seperlunya, sekedar untuk rehat dan menyegarkan jiwa.
Bakr bin Abdullah mengisahkan, “Dahulu para sahabat Nabi (bergurau dengan) saling melempar semangka. Tetapi, ketika mereka dituntut melakukan sesuatu yang sungguh-sungguh, maka mereka adalah para kesatria.”
Pada suatu hari, Imam Asy Sya’bi Rahimahullah bergurau, maka ada orang yang menegurnya dengan mengatakan, “Wahai Abu ‘Amr (Imam Asy Sya’bi, pen), apakah kamu bercanda?” Beliau menjawab, “Seandainya tidak begini kita akan mati karena bersedih.”
Namun demikian, tidaklah bergurau dan santai itu menjadi kebiasaan melekat dan berkarat mereka.
Sumber: Madrasatuna
[Sdz]