Penyakit sombong sering menjangkit kita di beberapa tempat, seperti sombong atas keindahan fisik, sombong atas kecerdasan, sombong atas nasab keturunan, dan sombong atas harta yang dimiliki. Diartikel ini kita akan membahas cara menyembuhkan penyakit sombong di dua tempat, yaitu sombong atas keindahan fisik dan sombong atas kecerdasan. Sedangkan sisanya akan dibahas diartikel berikutnya:
Sombong atas keindahan fisik
Seseorang bisa saja sombong dengan kondisi fisiknyam baik dari bentuknya, kekuatannya, ketampanan atau kecantikannya, dan kemerduan suaranya.
Kesombongan ini membuatnya lupa terhadap nikmat Allah tersebut yang dapat hilang sewaktu-waktu.
Maka sebagaimana nasihat dari Said Hawwa dalam kitab Tazkiyatun Nafs, cara mengobati sombong macam ini adalah dengan bertafakkur mengenai kotoran-kotoran batin dan mengenal asal mula serta akhir dirinya.
Atau dengan membayangkan bahwa semua keindahan itu akan teurai oleh tanah dan membusuk di kubur hingga orang-orang merasa jijik karenanya.
Baca Juga: Jangan Pernah Sombong Meski Anda Berkuasa
Menyembuhkan Penyakit Sombong Atas Keindahan Fisik dan Kecerdasan
Sombong atas kecerdasan
Sombong pada akal dan kecerdasan sering terjadi saat memahami permasalahan pelik menyangkut kemaslahatan agama dan dunia.
Hal ini dapat menjadikan pelakunya hanya menuruti pemikirannya sendiri, tidak mau bermusyawarah, menganggap bodoh orang yang berbeda pendapat dengannya, tidak mengindahkan ahli ilmu, menganggap cukup dengan pendapat dan pemikirannya sendiri serta meremehkan dan merendahkan orang lain.
Cara mengobati sikap sombong seperti ini dapat dilakukan dengan bersyukur kepada Allah atas karunia yang dia berikan berupa kecemerlangan akal.
Setelah itu, ia hendaklah berpikir bahwa dengan sedikit penyakit saja yang menimpa otak maka sudah cukup untuk mengganggu dan membuatnya gila hingga menjadi bahan tertawaan.
Hendaklah dia tahu bahwa dirinya tidak aman dari hilang akal apabila berbuat sombong dan tidak mensyukurinya.
Hendaklah dia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah dia mengetahui bahwa ilmu yang diberikan kepadanya hanyalah sedikit saja meskipun telah merasa diri berilmu sangat luas.
Hendaklah dia menyadari bahwa pengetahuan dan ilmu orang lain yang tidak dia kuasai jauh lebih banyak dari apa yang dia ketahui. Dan jauh lebih banyak lagi ilmu Allah yang sama sekali tidak diketahui oleh manusia.
Hendaklah dia mewaspadai akalnya dan melihat orang-orang bodoh bagaimana mereka berlaku sombong terhadap akal mereka padahal orang-orang justru menertawai mereka sehingga dengan begitu dia dapat berhati-hati agar tidak bernasib sama.
Orang yang dangkal akal tidak menyadari kedangkalan akalnya. Maka hendaklah seseorang mengetahui kadar kemampuan akalnya dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri, dari musuhnya bukan dari sahabat-sahabatnya.
Jangan mengukur kadar akal dari para penjilat dan pencari muka karena sesungguhnya seorang penjilat dan suka mencari muka akan selalu memujinya sehingga semakin membuatnya sombong. [Ln]