ChanelMuslim.com – Bakti kepada orang tua sudah jamak diketahui sebagai kewajiban. Namun, bentuk bakti tidak selalu bermakna membenarkan segala tindakannya. Menyampaikan nasihat saat mereka melakukan kesalahan adalah bentuk bakti. Ada saat kita menemukan orang tua menyakiti perasaan kita, tanpa mereka sadari.
Adab harus lebih diutamakan dibandingkan kebenaran saat berhadapan dengan orang tua. Mereka akan lebih sensitif jika anaknya sendiri yang menegur atau menasihatinya. Itu hal yang wajar karena selama ini merekalah yang mendidik kita.
Baca Juga: Kabar Gembira untuk Orang Tua
Menyampaikan Nasihat Kepada Orang Tua
Adab menasihati orang tua tidak sama dengan adab menasihati orang lain seperti teman dll. Cara atau metode adalah sangatlah penting dalam hal ini. Sebagai contoh: Hasan dan Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, pernah mendapati ayahnya, Ali bin Abi Thalib, melakukan kesalahan saat berwudhu. Mereka khawatir jika menegurnya secara langsung akan menyakiti perasaaannya.
Ke-duanya pun mendapat ide untuk melakukan lomba berwudhu dan ayahnya diminta menjadi juri. Saat itulah sang ayah melihat bahwa gerakan kedua anaknya sudah benar, ia berkata “Kalian berwudhu dengan benar, akulah yang salah”
Ini adalah salah satu contoh. Artinya, kita bisa menasihati orang tua dengan cara yang halus dan lembut, tidak selalu dengan ucapan. Jika berbicara langsung akan menyakiti orang tua meskipun dengan cara yang halus kita bisa menggantinya dengan cara lain yang tidak secara langsung membuatnya malu dihapadan anaknya.
Memahami karakter orang tua terlebih dahulu juga penting untuk menemukan cara yang tepat. Di samping itu, carilah waktu yang pas. Kita tidak dituntut terburu-buru membenarkan sesuatu yang salah.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik…” (Q.S. An-Nahl: 125)
Hikmah disini dimaknai sebagai cara yang tepat dan bijak, termasuk juga pemilihan waktu yang sesuai dengan kondisi ternyaman.
Kita juga perlu ingat, saat orang tua melakukan kesalahan pada kita dengan ucapannya, di luar dari niat baik mereka untuk mendidik, kita perlu bercermin pada diri sendiri.
“Mengapa mereka bisa berfikir dan berbicara demikian?” Bisa jadi kita kurang terbuka pada mereka terkait hal-hal yang sedang dibicarakan, hingga mereka menerka-nerka dan berpikiran buruk. Bisa jadi kita terlalu lama membiarkan perilaku salah mereka hingga kesalahan tersebut dipandang sebagai hal yang biasa.
Saat kita mampu bersikap objektif terhadap kesalahan orang tua, maka akan lebih mudah kita mencari cara untuk menasihatinya tanpa harus menyinggungnya. Semoga kita termasuk golongan orang yang selalu berbakti kepada orang tua. [Ln]