ChanelMuslim.com – Rasulullah diutus dengan Al-Qur’an sebagai wahyu yang salah satu fungsinya adalah menghidupkan akal manusia. Namun sejatinya tidak hanya akal, ada tiga fasilitas penting yang dimiliki manusia. Tiga hal ini nantinya tidak bisa berjalan sendiri tanpa bimbingan wahyu Al-Qur’an.
1. Akal manusia berfungsi mengetahui luasnya ilmu pengetahuan, mengembangkan dan menghasilkan suatu produk untuk kesejahteraan hidup di dunia. 2. Panca indera sebagai alat akal untuk bekerja. 3. Hati nurani, sebagai penyeimbang akal untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk.
Baca Juga: 7 Cara Turunnya Wahyu kepada Nabi Muhammad saw
Wahyu Menghidupkan Akal
Namun dengan fasilitas-fasilitas yang Allah beri tersebut, juga memungkinkan manusia tidak berbeda jauh dengan hewan, manakala nafsunya dibiarkan liar begitu saja tanpa bimbingan. Perlu diketahui bahwa nafsu dalam Islam tidaklah dikekang, akan tetapi nafsu perlu pembimbing agar tidak keluar batas-batas kewajaran manusia. Begitu pula dengan akal manusia tidak dibiarkannya terkurung dan pasrah. Namun ia akan dibimbing untuk meningkatkan kinerjanya.
Muhammad Natsir, tokoh Islam tanah air, menyebutkan dalam buku Fiqhud Da’wah bahwa wahyu yang dibawa oleh Rasulullah adalah untuk dipertemukan dengan fitrah manusia. Itu artinya fitrah saja tidak cukup bagi manusia dalam menjalani aktivitas hidup. Perlu bimbingan wahyu yang sangat mengetahui bagaimana cara mengarahkan setiap unsur dari fitrah.
Semakin majunya Ilmu pengetahaun yang berkembang, membuat manusia sombong dan mengabaikan peran Allah. Stephen Hawking dalam Brief History of Time (1988): “Tuhan mungkin ada namun Dia tidak turut campur dalam pengaturan alam.” Padahal sumber ilmu ada tiga: Indra, akal, dan wahyu. Panca indra berfungsi untuk menganalisis setiap kejadian, sebagaimana firman Allah:
“Maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? (17) Dan langit, bagaimana ditinggikan? (18) Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? (19) Dan bumi bagaimana dihamparkan (20) Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya engkau (Muhammad) hanyalah pemberi peringatan (21) Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (22). (Al-Ghasyiyah: 17-22)
Pada ayat-ayat di atas, kita sedang diajak berpikir. Itu artinya, akal tidak dimatikan fungsinya dengan wahyu. Justru dengan wahyu ini akal diperintah untuk bekerja memperhatikan sekitar dan merenungkannya. Namun, wahyu juga tidak akan tunduk dengan akal hingga membenarkan semua yang dihasilkan akal. Wahyu tetap sebagai pemimpin akal dan pembimbingnya dalam mengetahui kebesaran Allah yang menggerakkan segala sesuatu. [Ln]