MENJADI orang miskin bukanlah aib, walaupun kita sering menyaksikan banyak orang pamer kekayaan di media sosial hingga dipuji warganet bukan sebagai ukuran kemuliaan. Segala sesuatu yang kita miliki saat ini sudah ditentukan takarannya oleh Allah dan itulah yang terbaik baik kita.
لَيْسَ العَيْبُ لِمَنْ كاَنَ فَقِيْرًا بَلِ العَيْبُ لِمَنْ كَانَ بَخِيْلا ً
“Aib itu bukan bagi mereka yang faqir tapi aib itu bagi mereka yang kikir.“
Ustaz Faisal Kunhi M.A memberikan beberapa penjelasan dari ungkapan di atas:
1. Bukanlah sebuah kehinaan menjadi orang yang miskin sebab miskin dan kaya merupakan suratan taqdir dari-Nya. Allah berfirman:
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.” (QS. Al Isro’: 30)
Sesungguhnya Tuhanmu meluaskan rejeki orang yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan orang yang dikehendaki-Nya sesuai kebijaksanaan-Nya yang ditujukan untuk kebaikan para hamba.
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mengetahui setiap sesuatu, sehingga Dia memberi rejeki hamba-hamba-Nya sesuai kemaslahatan mereka; demikian jelas Syaikh Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya.
Baca Juga: Lebih Baik daripada I’tikaf Sebulan di Masjid Nabawi
Menjadi Orang Miskin Bukanlah Aib
2. Menjadi miskin bisa jadi anugerah dari Allah karena dengannya Allah percepat seseorang memasuki surga-Nya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
“Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
3. Lalu ada sebuah pertanyaan, mana yang lebih baik, menjadi orang kaya yang bersyukur atau menjadi orang miskin yang bersabar?
Para ulama berbeda pendapat tentang hal ini; ada yang mengatakan orang miskin yang bersabar lebih utama karena mereka lebih cepat masuk surga; ada juga yang berkata orang kaya yang bersyukur itu lebih baik karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu minta agar diberi sifat “ghina” (merasa cukup dengan apa yang ada di hadapan manusia).
Namun menurut Ibnu Taimiyah yang paling baik adalah yang paling bertaqwa, jika orang miskin dan bertaqwa sama dalam ketaqwaan maka mereka sama dalam derajatnya.
4. Yang menjadi aib adalah sifat kikir yang ada pada diri seseorang sebab itu bukan taqdirnya tetapi itu adalah tabiat buruk yang diperturutkan.
5.
قال الله تعالى:﴿ وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرٗا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرّٞ لَّهُمۡۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ ١٨٠﴾ [ آل عمران: 180]
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat”. (Ali-Imraan/3:180)
Banyak dari orang-orang yang mencoba memahami ayat ini hanya membatasi makna ayat ini pada perkara kikir dengan harta, padahal makna ayat ini bisa menjadi lebih luas dan mencakup hal-hal yang lebih umum, diantaranya adalah kikir dengan ilmu, kehormatan, dan kikir dengan kenikmatan yang Allah khususkan bagi mereka.
Dan mereka menyangka bahwa mereka telah melakukan kebaikan bagi diri mereka, tetapi sesungguhnya tidaklah mereka berbuat melainkan hanyalah keburukan dan musibah bagi diri mereka. Demikian jelas Syaikh Abdullah bin Umar Al Muqbil
6. Dermawan dan kikir adalah soal mental bukan soal kaya atau tidak, hal ini dibuktikan bahwa orang Arab yang paling dermawan adalah orang Sudan, bahkan saking dermawannya mereka punya kantong baju di belakang, jika ada orang yang butuh mereka bisa mengambilnya, sedangkan orang non Arab yang paling dermawan adalah orang Afganistan yang kita kira bahwa mereka hidup dalam kemiskinan.
7. Kesalehan dan sifat kikir tidak akan pernah berkumpul, karenanya tidak disebut orang baik sampai ia terbebas dari sifat kikir.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « لَا يَجْتَمِعُ شُحٌّ وَإِيمَانٌ فِي قَلْبِ رَجُلٍ مسلم » [أخرجه أحمد]
“Tidaklah mungkin akan terkumpul dalam hati seorang muslim antara keimanan dan sifat bakhil“. (HR Ahmad 12/450 no: 7480)