Sahabat Muslim mungkin sudah sering mendengar nasihat tentang jadilah Islam yang moderat. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, apa maksud dari kalimat tersebut?
Baca Juga: Presiden PKS: Tanamkan Islam Moderat Cegah Radikalisme Sejak Dini
Menjadi Islam yang Moderat itu Seperti Apa?
Sebelumnya, perhatikanlah ayat berikut ini.
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang (wasat) (moderat), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi bagi seluruh umat manusia, dan rasul menjadi saksi atas dirimu sendiri. (Q.S. Al-Baqarah : 143)
Dilansir dari aboutislam.net, kata “wasat” dalam bahasa Arab dapat didefinisikan dalam beberapa arti seperti adil, seimbang, sedang, dan terbaik.
Ayat ini dengan jelas menjelaskan pandangan umat Islam bahwa Allah menginginkan kita menjadi bangsa yang seimbang dan moderat sehingga mereka dapat menjadi model bagi umat manusia lainnya.
Ada sebuah cerita tentang Nabi Muhammad yang didatangi oleh tiga pria. Mereka bersumpah untuk berdoa sepanjang malam, berpuasa setiap hari atau menolak untuk menikah.
Nabi pun berkata, “Demi Allah, aku paling takut kepada Allah dan di antara kamu aku paling mengenal-Nya; Saya berpuasa tetapi tidak setiap hari, saya berdoa di malam hari tetapi tidak sepanjang malam, dan saya menikahi wanita; barangsiapa tidak mau mengikuti jalanku, dia bukan dariku. (Al-Bukhari dan Muslim, 143)
Nabi memperingatkan para sahabatnya agar tidak berperilaku ekstremisme atau berlebih-lebihan.
Rasul juga menganjurkan moderasi dalam segala hal. Ketika diberi dua pilihan, beliau selalu memilih yang paling mudah, asalkan tidak melanggar aturan Islam.
Islam menganjurkan jalan tengah dalam segala hal. Hal ini termasuk cara Muslim mengikuti perintah Allah, cara mereka berpikir tentang Allah dan cara mereka berinteraksi dan mengajak orang lain masuk Islam.
Seringkali, karena antusiasme dan ketidaktahuan, seorang Muslim mungkin mengambil lebih dari yang bisa dia tangani dalam hal ibadah.
Sebenarnya, aturan yang Allah berikan kepada setiap Muslim tidak berlebihan atau tidak membebani.
Rasulullah berkata, “Perbuatan baik seseorang tidak akan membuatnya masuk surga (yaitu, tidak ada yang masuk surga hanya melalui perbuatan baiknya), bahkan diriku sendiri, kecuali Tuhan melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya kepadaku.” (Al Bukhari, 6467)
Dan ketika istrinya, Aisyah, bertanya kepadanya perbuatan apa yang paling dicintai Allah, Rasulullah berkata, “Perbuatan yang dilakukan secara teratur dan terus menerus, meskipun sedikit. Lakukan apa yang kita mampu. (Al Bukhari, 6464 & Muslim, 782)
Rasulullah juga menekankan bahwa moderasi adalah kunci untuk mencapai tujuan kita.
Rasulullah berkata, “Lakukan perbuatan baik dengan benar, tulus dan moderat. Selalu ambil jalan tengah, moderat, teratur, di mana Anda akan mencapai target Anda (Surga).” (Al Bukhari, 6467)
Dalam hadis di atas, kita menemukan kombinasi sempurna antara keyakinan akan rahmat Allah dan kesederhanaan dan konsistensi dalam perbuatan keagamaan sebagai cara terbaik bagi seorang Muslim untuk mencapai tujuannya.
Kesimpulannya, menjadi seorang Muslim bukan berarti harus membebankan diri.
Patuhilah aturan-aturan yang ada di Al-Qur’an dan hadis. Ketika kita ingin meningkatkan kualitas ibadah, lakukan secara bertahap, menambahkan sedikit demi sedikit pada kewajiban ibadah, dan harus berusaha untuk tetap konsisten.
Selanjutnya, kita harus melihat apa yang kita mampu secara realistis dan tidak membebani dirinya. Jadi, lakukanlah suatu hal yang memang kita sanggup melakukannya.
Namun, tentunya tanpa harus meninggalkan kewajiban yang jelas harus dilakukan, seperti shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadan, dan amalan-amalan wajib lainnya. [Cms]