Chanelmuslim.com – Menikah Itu Berkah dan Mudah
Sabtu itu adalah jadwal seminar Pranikah Parenting Nabawiyah, namun kali ini ada yang berbeda. Tiba-tiba di group wa menjadi sibuk. Untuk memudahkan informasi seminar dan kajian, kami peserta yang berasal dari latar dan bahkan tempat tinggal berbeda membentuk group wa.
Hati kami masih gemuruh ditengah semua fitnah selepas aksi 411. Hingga tadi pagi
Ustadzah berkata, “PN (parenting nabawiyah) sedang mengadakan kuliah pra nikah, dan ada yang langsung praktik hari ini! Allahu Akbar! Yang mau membantu menyukseskan, silakan kontak saya. Do’akan semoga lancar. Insha Allah bada Ashar.”
Baca Juga: Mengutarakan Niat Menikah Kepada Orang Tua
Menikah Itu Berkah dan Mudah
Seorang teman bertanya keheranan. “Praktik? Langsung menikah maksudnya?”
“Iya, akad Nikah. Tadi subuh sang ikhwan mendatangi rumah akhwatnya, meminta izin nikah kepada abi sang akhwat. Dan diterima,” demikian jelas ustadzah.
Masha Allah!
Lalu seorang teman lainnya menyahut, bagaimana kalau kita saweran? Silakan transfer ke rekening saya. Nanti saya koordinir.
Kami seolah-olah event organizer yang secara otamatis mengambil bagian dalam kabar bahagia ini.
Seseorang lainnya menyahut. “Bagaimana kalau dibelikan dinar saja? Untuk dijadikan mahar?”
Yang lainnya menyahut pertanda setuju.
Sementara yang lain sibuk menyiapkan hantaran ada juga yang memperhitungkan kemungkinan tamu yang datang. Menyiapkan sajian untuk walimatul ursy. Dalam hitungan jam. Uang terkumpul.
Hati saya masih deg-degan. Bahkan sampai detik ini.
Sampai masuk informasi ternyata keduanya adalah guru Quran di sekolah Kuttab Al Fatih. Qodarulloh. Begitulah janji Allah. Laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik Begitupun sebaliknya.
Beberapa jam menjelang dzuhur. Penutupan pengumpulan uang dilakukan.
Hingga ada laporan sudah dibelikan 2 dinar dan beberapa souvenir untuk hantaran.
Baarakallahu fiikum!
Kenalkah kami kepada pengantin?
Tidak…
Lalu untuk apa kami melakukan semua ini? Karena cinta tak perlu dipertanyakan.
Karena kami saudara. Iya, keimanan yang menjadikan kami bersaudara…
Sejujurnya, pernah bertatap muka saja tidak.
Tapi hati kami saling bertaut. Menyiapkan pernikahan dari akad hingga resepsi. Membentuk panitia sendiri. Hanya hitungan jam saja.
Itupun hanya melalui grup whatsapp saja.
Semudah itukah?
Iya!
Allah memberi kemudahan, semudah Allah berkehendak “Kun Fayakun!”
Jadi, maka jadilah.
Menikah itu mulia. Apalagi tujuannya karena Allah. Menjalankannya juga mudah, ketika tujuannya adalah mencari berkah.
“Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian telah bermampu BA’AH, maka hendaklah ia menikah, karena pernikahan lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan farj. Dan barangsiapa belum mampu, hendaklah ia berpuasa, sungguh puasa itu benteng baginya.” (HR Al Bukhari dan Muslim)
Tapi saya belum mampu menafkahi?
Mengutip kata-kata ustadz salim a fillah :
Kata ‘Umar ibn Al Khaththab, pemuda yang tidak berkeinginan segera menikah itu kemungkinannya dua. Kalau tidak banyak maksiatnya, pasti diragukan kejantanannya. Nah, kebanyakan insyaallah jantan. Cuma ada maksiat. Ini saja sudah menghalangi rezeki. Belum lagi gengsi dan pilih-pilih pekerjaan yang kita alami sebelum menikah. Malu, gengsi, pilih-pilih.
Tapi begitu menikah, anda mendapat tuntutan tanggungjawab untuk menafkahi. Bagi yang berakal sehat, tanggungjawab ini akan menghapus gengsi dan pilih-pilih itu. Ada kenekatan yang bertanggungjwab ditambah berkurangnya maksiat karena di sisi sudah ada isteri yang Allah halalkan. Apalagi, kalau memperbanyak istighfar. Rezeki akan datang bertubi-tubi. Seperti kata Nabi Nuh ini, “Maka aku katakan kepada mereka: “Beristighfarlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh 10-12)
Pernah membayangkan punya perkebunan yang dialiri sungai-sungai pribadi? Banyaklah beristighfar, dan segeralah menikah, insyaallah barakah. Nah, saya sudah menyampaikan. Sekali lagi, gejala awal dari barakahnya sebuah pernikahan adalah kejujuran ruh, terjaganya proses dalam bingkai syariat, dan memudahkan diri. Ingat kata kuncinya; jujur, syar’i, mudah. Saya sudah menyampaikan, Allaahummasyhad! Ya Allah saksikanlah! Jika masih ada ragu menyisa, pertanyaan Nabi Nuh di ayat selanjutnya amat relevan ditelunjukkan ke arah wajah kita.
“Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (Nuh 13)
Begitulah. Selamat menyambut kawan sejati…
Barakallahu lakuma wa barakallah alaikuma wa jama’a bainakuma fii khoiiir…
Pernikahan adalah satu momen yang akan diingat bagi pengantin, bagi keluarga dan bagi mereka yang menyaksikan. Perjalanan menuju pernikahan dan jodoh lebih banyak adalah kuasa Allah.
Sekarang ini banyak yang menunda-nunda pernikahan karena berbagai alasan, diantaranya biaya pernikahan dan kemapanan calon mempelai laki-laki. Persiapan pernikahan pun bisa sampai berbulan-bulan. Lihatlah kisah diatas sebuah pernikahan yang tak kalah khidmat, tak kalah berkesan, dan in sya Allah berkah yang disiapkan tidak sampai berhari-hari bahkan hanya dalam hitungan jam dan oleh orang-orang yang bahkan tak saling mengenal sebelumnya tapi masih dalam ikatan persaudaraan sesama muslim.
____________
Uhibbuki fillah till jannah teman-teman… disarikan dari Rika Ekawati