UPACARA Seijin No Hi adalah hari menyambut dewasa di Jepang. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jepang dalam menyambut masa peralihan anak-anak menjadi orang dewasa.
Seremoni ini sudah ada sejak zaman Edo (1603-1868). Saat itu, anak laki-laki dianggap dewasa pada usia 12 sampai 17 tahun dan anak perempuan usia 12 sampai 14 tahun.
Seorang pemimpin muda Jepang, Shoujiro Takahashi mencetuskan Youth Festival pada taun 1946 yang bertujuan untuk membangkitkan kembali semangat para pemuda Jepang setelah masa Perang Dunia II.
Youth Festival dirayakan pertama kali pada tanggal 15 Januari 1948 dan diumumkan sebagai hari libur nasional.
Bagaimana Seijin Shiki (Upacara menjadi orang dewasa) dirayakan?
Penduduk Jepang yang berulang tahun ke-20, antara tanggal 2 April tahun lalu sampai 1 April tahun ini diundang ke Seijin Shiki.
Sheijin Shiki biasanya diadakan di City Hall, stadion besar, hall sekolah setempat, atau pun kantor pemerintahan.
Walikota atau orang pemerintahan akan memberikan pidato tentang hak baru dan juga tanggung jawab sebagai anggota masyarakat.
Orang dewasa ‘baru’ tersebut akan diberikan hadiah dari pemerintah, orang tua, atau sesama teman.
Biasanya, pakaian yang dikenakan oleh para gadis adalah Kimono Furisode (lengan panjang juntai ke bawah), dan para lelaki memakai Kimono HItam dengan Hakama (celana lebar) atau jas hitam ala Barat.
Pada pagi hari, para gadis pergi ke salon untuk dirias. Sekitar pukul 11.30, para peserta diundang ke City Hall oleh Walikota untuk menghadiri upacara Seijin Shiki bersama keluarganya.
Mengenal Seijin No Hi, Hari Menjadi Orang Dewasa di Jepang
Walikota akan berpidato untuk mengingatkan tanggung jawab mereka sebagai warga masyarakat yang sudah dianggap dewasa.
Kemudian setelah acara, keluarga pergi ke Jinja terdekat untuk berdoa, lalu kegiatan diakhiri dengan perayaan, pesta, pergi dengan teman, ke Izakaya, dan umumnya dirayakan dengan minum minuman keras.
Apa saja Hak setelah berusia 20 tahun di Jepang?
Setelah berusia 20 tahun di Jepang, secara hukum, mereka dilegalkan untuk minum minuman keras, merokok dan berjudi secara legal.
Sementara, hak untuk memilih dalam Pemilu dan memiliki SIM didapat pada usia 18 tahun.
Setiap tahun, ada saja berita di televisi tentang tingkah laku para orang dewasa baru ini karena membuat kegaduhan karena mabuk setelah acara Seijin Shiki.
Baca Juga: Alasan Wanita Jepang Enggan Memiliki Anak
Bagaimana Seijin no Hi dari Kacamata Muslim?
Dalam Islam, menjadi dewasa disebut dengan akil baligh, yaitu ditandai dengan datangnya haid bagi perempuan dan mimpi basah bagi laki-laki dan tidak tergantung pada usia.
Ketika memasuki akil baligh, secara syariah, seseorang baik laki maupun perempuan dianggap sama seperti orang dewasa lainnya, yaitu jika melanggar aturan Allah akan berdosa dan jika menaati perintah Allah akan mendapat pahala.
Seijin no Hi tidak merefleksikan kedewasaan seperti di dalam Islam, bahkan aktivitas yang diizinkan setelah usia 20 tahun di Jepang seperti minum minuman keras, merokok dan berjudi merupakan hal terlarang bagi seorang muslim.
Di Indonesia, tanda seseorang dianggap dewasa adalah dengan menerima KTP (Kartu Tanda Penduduk) setelah berumur 17 tahun.
Pada usia ini, seseorang diberikan hak untuk berpartisipasi dalam Pemilu dan diperbolehkan memiliki SIM pada usia 18 tahun.
Sementara dalam hal pernikahan, usia minimum untuk menikah di Jepang adalah 16 tahun untuk perempuan dan 18 tahun untuk laki-laki.
Namun pada kenyataannya, rata-rata laki-laki di Jepang menikah pada usia 30 tahun dan perempuan 29 tahun.
Itulah tradisi unik di Jepang dalam menyambut masa peralihan dari anak menjadi orang dewasa.
Sebagai muslim, tentu kita memiliki aturan tersendiri yang tercantum dalam Alquran dan yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.[ind]
Disadur dari makalah Seijin No Hi oleh Dr. Femina Sagita Borualogo (WNI yang bermukim di Jepang) dan dipresentasikan di Grup LINE Fahima Jepang (Kamis, 16 Januari 2020)