USTAZ Abdullah Haidir, LC menjelaskan cara mengelola rasa kecewa.
Kecewa adalah bagian kehidupan yang tak terpisahkan.
Karena sunatullah, hidup ini tidak selalu rata dan lempang sesuai apa mau kita.
Naik turun, pasang surut, menang kalah, untung rugi, dia selalu datang silih berganti.
Dalam hidup, pasti ada yang tidak sesuai ekspektasi, maka kecewa, dengan kadar masing-masing, pasti kan menghampiri.
Jika ada yang mengatakan bahwa dia tidak pernah kecewa, maka dua kemungkinan, apakah dia berdusta, atau kehidupannya tidak normal.
Yang terpenting bukan masalah kecewanya, tapi bagaimana kita mengelolanya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Kekecewaan dapat berujung pada tindakan yang justeru merugikan dan lebih buruk, tapi juga dapat jadi energi besar untuk lakukan langkah-langkah kebaikan.
Sekali lagi, tergantung bagaimana kita mengelolanya.
Ada sebagian orang yang karena kecewa pada orang tertentu, dia terjerumus dalam dunia prostitusi, kecanduan miras atau narkoba.
Ada juga yang karena kecewa lalu putus asa hingga nekat bunuh diri.
Ada lagi yang kecewa, lalu dia melontarkan kata-kata kasar, mudah menuduh, menyebarkan berita dusta, atau perbuatan lain yang melanggar aturan, baik aturan syariat ataupun konstitusi.
Itu sedikit gambaran ‘salah kelola’ kekecewaan.
Mengelola Rasa Kecewa
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Rasa Kecewa pada Pasangan
Betapapun di sana ada pelanggaran atau kezaliman pihak lain, itu semua tidak boleh melegitimasi pelampiasan kekecewaan yang salah.
Maka yang kita butuhkan adalah mengelola kekecewaan dengan benar.
Misalnya, jika disana ada kezaliman, maka lakukan perlawanan dengan tepat, efektif dan sesuai aturan.
Atau kecewa karena apa saja, maka kita sikapi dengan mengatur strategi dan langkah antisipasi agar kekecewaan yang sama tidak berulang, membangkitkan tekad dan mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan untuk membalas kekecewaan yang ada sekarang dengan meraih keberhasilan kedepan.
Kecewa pun dapat kita jadikan sarana untuk melakukan kontimplasi, muhasabah atau instrospeki atas jejak langkah yang telah dilakukan, kalau-kalau ada yang harus diperbaiki, selain bahwa kecewa juga dapat menjadi kesempatan bagi kita melatih kesabaran, pengendalian diri dan keimanan akan takdir Allah, lalu dengan lirih dapat kita ucapkan, ‘Qadarallah, maa syaa’a faal.”[Sdz]