MENELADANI spirit hijrah sahabat Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi.
Pada sebelumnya telah diceritakan ketika Shuhaib berhijrah dengan membawa sepuluh ekor unta lengkap dengan barang-barang dan hartanya.
Di perjalanan, tiba-tiba kaum kafir Quraisy datang mencegahnya.
“Wahai Shuhaib, mau kemana engkau? Engkau dulu datang ke sini dalam keadaan miskin. Kini hartamu bertambah banyak. Apakah engkau akan keluar begitu saja? Jangan bermimpi engaku bisa keluar dari sini dengan mudah!”
Shuhaib berkata, “Kalau sekiranya aku tinggalkan hartaku untuk kalian apakah aku dibiarkan pergi?”
“Ya!” Jawab orang-orang Quraisy serentak. Mereka yakin Shuhaib tidak akan pergi karena lebih memilih hartanya.
Akhirnya Shuhaib menyerahkan seluruh unta beserta barang dan hartanya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Jika harga satu ekor unta Rp. 50 juta, maka saat itu Shuhaib telah kehilangan harta kekayaan lebih dari Rp. 500 juta demi untuk mempertahankan ajaran Islam. Subhanallah!
Kemudian Shuhaib meneruskan perjalanan hijrah ke Madinah hanya dengan memakai jalabiah (jubah), jalan kaki menempuh perjalanan panjang kurang lebih 450 km.
Ketika kabar Shuhaib terdengar ke telinga Nabi, beliau Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memujinya.
“Rabiha Shuhaib.. rabiha Shuhaib,” yang artinya telah beruntung Shuhaib, telah beruntung Shuhaib.
Kisah di atas menginformasikan kepada kita bahwasanya hijrah bukan perkara mudah.
Orang yang menyatakan diri berhijrah dan beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mendapatkan ujian dari Allah.
Dengan ujian inilah Allah akan mengetahui tingkat kualitas iman seseorang.
Baca juga: Meneladani Spirit Hijrah Sahabat Shuhaib Bin Sinan Ar-Rumi (1)
Meneladani Spirit Hijrah Sahabat Shuhaib Bin Sinan Ar-Rumi (2)
Apakah kualitas imannya kokoh atau mudah rapuh? Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (٢) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta” (QS. Al-Ankabut: 2-3).
Kisah di atas juga memberi pelajaran berharga untuk meneladani spirit hijrah Suhaib dalam kehidupan kita.
Beliau rela meninggalkan harta demi menyelamatkan aset paling berharga, yakni keimanan.
Padahal harta yang ditinggalkan tidak sedikit.
Secara hitungan materi, mungkin Shuhaib terlihat rugi, karena harus kehilangan seluruh hartanya, tempat tinggalnya dan relasi bisnisnya.
Apalagi pergi ke tempat baru memulai bisnis dari nol, dimana tidak ada jaminan kehidupannya akan lebih baik lagi.
Namun jika dilihat dari kaca mata Islam, sebagaimana yang dikatakan baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, justru Shuhaib benar-benar mendapatkan keberuntungan yang luar biasa.
Sejatinya harta dan barang kekayaan lainnya yang hilang, kalau memang rezekinya maka dia pasti akan mendapatkannya lagi.[Sdz]