MENAMPAKKAN nikmat Allah ditulis oleh Ustaz Cahyadi Takariawan.
Kita sangat banyak mendapatkan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik ada sangat banyak nikmat tak mampu kita hitung.
Bagaimana sikap kita terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala? Tentu saja, harus bersyukur.
Salah satu bentuk syukur adalah menampakkan nikmat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan. Allah Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. Adh Dhuha: 11).
Dalam tafsir Ibnu Katsir dinukilkan pernyataan Al-Hasan bin ‘Ali mengenai makna ayat di atas.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
ما عملت من خير فَحَدث إخوانك
“Kebaikan apa saja yang kalian perbuat, maka siarkanlah pada saudara kalian.”
Imam Ath-Thabari dalam kitab tafsirnya mengutip pernyataan Abu Nadhrah.
كان المسلمون يرون أن من شكر النعم أن يحدّث بها
“Dahulu kaum muslimin menganggap dinamakan mensyukuri nikmat adalah dengan seseorang menyiarkan (menampakkan) nikmat tersebut.”
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjelaskan, “Tahadduts ni’mah (menyebut-nyebut nikmat Allah) adalah dengan ditampakkan yang dilakukan dalam rangka syukur kepada sang pemberi nikmat, bukan dalam rangka menyombongkan diri. Karena jika hal itu dilakukan karena sombong, maka itu jadi tercela.”
Menampakkan Nikmat Allah
Baca juga: Makan Malam yang Nikmat
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menyatakan, “Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah tanda seseorang bersyukur. Perbuatan semacam ini membuat hati seseorang semakin cinta pada sang pemberi nikmat. Itulah tabiat hati yang selalu mencintai orang yang berbuat baik padanya.”
Itulah sejatinya cara agar kita semakin dekat dengan sang pemberi kenikmatan menurut Ustaz Cahyadi Takariawan.
Menampakkan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan berarti memperlihatkan semua yang ia milki secara berlebihan sampai jatuh pada sikap bermewah-mewah, perilaku seperti itu bisa menimbulkan iri dan dengki di hati sebagian manusia, dan bisa membuat orang berniat jahat untuk mengambil hartanya.
Di dalam “Faidhul Qodir” disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika melihat seseorang sudah condong kepada kemewahan, maka beliau memerintahkannya untuk memakai pakaian yang kasar agar ia rendah hati.
Dan jika ia mendapatkan seseorang yang sudah berlebihan dalam penghematan sehingga ia tidak memakai pakaian yang semestinya.
Maka nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkannya untuk memperbaiki penampilannya dengan pakaian yang bagus.[Sdz]