JIKA berbeda pendapat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:
Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Malu rasanya, berulang-ulang terjadi di Indonesia yang diagung-agungkan sebagai negeri penuh toleransi, berbhineka dan tenggang rasa, bahkan katanya negeri muslim yang paling berdemokrasi.
Namun, karena berbeda paham, berbeda ormas, dan berbeda pilihan politik, kerap para da’i dipersekusi, dijegal, dan pengajian dibubarkan.
Alasan paham wahabi, radikal, intoleran, anti pancasila, NKRI harga mati, dan sebagainya senantiasa diputar-putar.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Padahal para ustadz tersebut mendidik kecerdasan, menyebar perdamaian, menghargai perbedaan, sama sekali tidak mengajak kekerasan.
Lebih malu lagi yang melakukan penolakan, penjagalan dan pembubaran itu adalah ormas berseragam bukanlah pihak keamanan.
Lebih dan malu lagi, ormas tersebut juga ormas Islam dibawah ormas besar Islam juga.
Tertawalah pembenci Islam, orang kafir, orang munafik, orang phobia.
Bahkan setan pun istirahat, karena kerjanya menghentikan tersebarnya hidayah dan dakwan Islam diselesaikan oleh sebagian umat Islam sendiri.
Baca juga: Perang Pemikiran, Upaya Memadamkan Cahaya Islam
Materi Kultum, Jika Berbeda Pendapat
Jadi siapa yang intoleran itu? Siapa yang anti Pancasila itu?
Banyak yang mempertanyakan motif apa di balik fenomena ini.
Mungkin kekhawatiran hilangnya pengikut, mungkin kepentingan politik praktis, mungkin membela yang membayar, mungkin persaingan pasar dakwah, Wallahu A’lam.
Dan yang pasti sudah terjebak dalam rancangan Rand Corporationnya barat sejak 2003, sebuah upaya memecah belah umat Islam untuk mudah diobok-obok.
Dalam rancangan tersebut umat dikelompokkan ke dalam empat tipe. Fundamentalis, tradisional, modernis, dan sekularis.
Semestinya, para elit ormas yang masih punya intelektual, punya pengetahuan dan adab, mengedepankan dialog dan siap berbeda pendapat soal hukum syariat, soal politik praktis, dan sebagainya.
Saling menghormati dengan tetap saling menasihati.
Imam besar pengikut ahlus sunnah wal jamaah, Imam Syafi’i memiliki ilmu agama yang luas, diikuti mayoritas umat Islam.
Namun hati beliau begitu luas untuk menerima perbedaan.
Mengajarkan agar senantiasa tawadhu dan mencintai sesama ulama, sesama umat walaupun beda pendapat.
Perkataan beliau yang sangat masyhur di kalangan para fuqaha:
Pendapatku benar tapi ada kemungkinan juga salah. Sementara pendapat orang lain salah tapi ada kemungkinan benar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia dengan berbagai variasi rupa, bahasa, warna, budaya, tabiat dan kemampuan.
Dalam keragaman inilah terdapat keindahan dan kesempurnaan.
Dengan kata lain, perbedaan merupakan fitrah dan kehendak Allah.
Sesuai dengan kapasitas, kita diperintahkan untuk berkonteks dalam amal kebaikan.
Sumber: Kultum 100 Judul – Ust. Lathief Abdallah
[Sdz]