Chanelmuslim.com – Mas Mono: Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan
Perjalanan hidup setiap orang tentu berbeda, takdir yang digariskan pun berbeda, namun kita selalu dapat mengambil pelajaran atau inspirasi dari kisah hidup orang-orang yang telah sukses. Definisi sukses mungkin berbeda bagi setiap orang, dan bagi Agus Pramono yang lebih dikenal sebagai Mas Mono pemilik ayam bakar Mas Mono yang telah memiliki 7 cabang; “sukses adalah ketika seseorang bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya,” ujarnya kalem.
Sempat di tempa kerasnya hidup di ibukota selama lebih dari satu dasawarsa, akhirnya Mas Mono, demikian akrab disapa oleh para pelanggannya, bisa menjadi juragan ayam bakar. Yang dalam sehari bisa menjual 600 ekor ayam ini.
Baca Juga: Berhijab atas Kemauan Sendiri, Fenita Arie Berharap Putrinya Istiqomah
Mas Mono: Dimana Ada Kemauan Disitu Ada Jalan
Sukses di mata mono tidak harus memiliki rumah mentereng atau mobil keren, melainkan apa yang menjadi kebutuhannya terpenuhi. Mas Mono sendiri mengaku sampai saat ini belum memiliki rumah dan mobil pribadi. Tiga mobil yang ia miliki adalah mobil operasional. sedang rumahnya masih kontrak. Namun sejatinya, dari omset satu bulan saja ia sebenarnya mampu membeli rumah ataupun mobil pribadi sekaligus. “Duitnya mengembangkan usaha Mas,” katanya seraya mengatakan dalam pengembangan usaha ia tidak pernah berhubungan dengan lembaga keuangan.
Mas Mono mengawali perjalanan mencari penghidupan dengan hijrah dari Madiun ke Jakarta dengan hanya berbekal ijazah SMA pada tahun 1994, dengan bekerja sebagai salah satu karyawan restoran cepat saji sebagai cook atau juru masak.
Kemudian pada tahun 1997 ia keluar dari restoran cepat saji tersebut, dan memulai usaha pertamanya yaitu Jasa Catering untuk acara – acara tertentu. Kebetulan pada saat itu, Industry properti sangat booming sehingga banyak sekali peluncuran sebuah kompleks perumahan baru ( Pameran) yang membutuhkan jasa catering.
Namun perjalanan hidup, tak ubahnya air yang pasang surut. akhir tahun 1997, krisis ekonomi melanda kawasan ASIA, termasuk Indonesia yang berakibat pada minimnya event – event yang diselenggarakan. Jasa Catering pun mulai lesu sehingga berdampak kepada pendapatan usaha mas mono pada saat itu.
Akhirnya, untuk mempertahankan hidup di kerasnya ibu kota, beliau mulai menulis puisi dan vignette untuk dikirimkan ke beberapa media massa, dengan harapan hasil karya tersebut dapat dimuat, dan ia akan mendapatkan imbalan yang layak.. ” Supaya bisa dimuat, puisi maupun vinyet itu saya antar sendiri ke kantor redaksi dari media massa tersebut” kata mas mono mengenang masa-masa susah dalam hidupnya.
Disamping sebagai penulis, ia pun berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan.
Tetapi nasib berkata lain, berapa banyak pun lamaran yang dikirimkan, panggilan untuk wawancara tak kunjung datang, walhasil pada pertengahan tahun 1998 melalui rekomendasi seorang teman mas Mono akhirnya diterima di salah satu perusahaan konsultan dengan menjadi office boy.
Namun disamping melakukan pekerjaan sehari – hari sebagai seorang Office Boy, disela sela waktu Ia juga belajar bagaimana untuk mengoperasikan computer. Jiwa seorang pengusaha memang telah tertanam di diri Bapak dua orang anak yang memiliki hobby modifikasi motor ini, setelah mahir mempergunakan komputer ia pun mencoba mencari penghasilan tambahan dengan menerima jasa pengetikan skripsi untuk rekan – rekan mahasiswa.
Walaupun ia sudah berusaha keras untuk bekerja layaknya seorang karyawan dan membuka jasa pengetikan, tuntutan untuk mendapatkan kualitas hidup yang layak pun makin tinggi tiap tahunnya, sehingga memaksa mas mono Ia mulai berpikir untuk mencari jalan keluar dengan memulai usaha sendiri.
Masalah lain pun timbul, modal yang minim membuat ia berpikir keras bagaimana caranya membuka usaha dengan modal sedikit tetapi dengan pengembalian yang cepat sehingga ia bisa mendapatkan keuntungan yang nantinya dipergunakan untuk kehidupan sehari hari.
Sempat terlintas di benaknya untuk membuka sebuah warung makan, namun dengan hanya modal yang tidak sampai 600 ribu, jelas tidak cukup untuk memiliki warung sederhana, akhirnya dengan dana tersebut ia membeli sebuah gerobak yang dipergunakan untuk berjualan pisang cokelat.
Mulailah ia menjajakan pisang cokelat dari satu sekolah ke sekolah dasar lainnya. “ Setiap SD jam istirahatnya berbeda, dan saya selalu berpindah menyesuaikan jam istirahat dari sekolah yang akan dijadikan tempat berjualan “ papar Mas mono.
Ditengah sulitnya bahtera hidup, Ia pun memberanikan diri untuk menyunting Nunung untuk menjadi istri pasangan hidup. Perjalanan hidup pasangan muda di tengah kerasnya kehidupan ibukota inipun dimulai. Satu kamar kontrakkan dengan alas kardus-kardus bekas (agar terasa empuk) pun menjadi tempat peristirahatan ia dan istri di malam hari.
Profesi sebagai penjaja pisang cokelat pun ia terus geluti, di samping itu untuk meringankan beban kerja suaminya, Nunung sebagai istri pun mengambil pekerjaan menjadi subkontraktor kardus sepatu, yang bertugas melipat–lipat kardus sepatu, “saya sampai kasihan melihat istri kecapekan melipat kardus–kardus tersebut,” ungkap Mas Mono.
Pada suatu waktu di awal tahun 2000, Mas Mono melihat ada sebuah lahan kosong di depan Universitas Sahid yang tidak terpakai. Mimpinya untuk memiliki warung ayam bakar kaki lima kembali menyeruak. didukung istrinya yang jago memasak mono mulai beralih profesi menjadi penjual ayam bakar.
Pertama kali jualan Mas Mono membawa 5 ekor ayam yang ia jadikan 20 potong. “Pada waktu itu yang laku hanya 12 potong, tetapi saya sudah sangat bersyukur, memiliki lapak saja saya merasa bermimpi,” imbuhnya.
Kombinasi antara makanan yang enak dan kerja keras, sedikit demi sedikit ayam bakar mas mono membuahkan hasil, hari demi hari, minggu berganti minggu, takdir mulai berpihak kepadanya. Situasi ini terlihat dari warung yang semula hanya menghabiskan lima ekor ayam sudah mampu menjual 80 ekor ayam per hari. Tuntutan untuk karyawan pun bertambah, yang semula hanya satu orang menjadi 8 orang.
“Meskipun warung saya hanya kaki lima, namun saya menerapkan standar operasional rumah makan pada umumnya. Karyawan memakai seragam, tidak memelihara kuku panjang, tidak berkumis dan tidak berjenggot,” terang Mas Mono.
Lantaran adanya standar tersebut, Warung Mas Mono menjadi terlihat berbeda dibanding warung kaki lima lainnya, sehingga warung tersebut mengalami pertumbuhan pesat diikuti dengan keuntungan yang berlipat. Meski kondisi ekonomi semakin membaik, sang istri tidak tinggal diam. Sang istri berjualan nasi uduk di dekat sebuah kantor di jalan MT Haryono. warung nasi uduk yang buka antara pukul 06.00 – 10.00 pada saat itu sudah meraup omset 800 ribu perhari.
Agaknya jalan terang terus terlihat. salah satu pelanggan tetapnya yang berprofesi sebagai presenter acara “dunia lain” Trans TV, menyarankan agar Mas Mono menawarkan jasa catering ke stasiun televisi tersebut, ternyata tanpa melalui peroses berliku-liku Mas Mono mendapat proyek itu. Tak lama berselang, stasiun TV lain pun turut memesan catering di Mas Mono.
Melihat kondisi ini, Ia mulai berpikir untuk mengembangkan usahanya, bermodal dari rekomendasi dari seorang pelanggan, Mas Mono mulai mengembangkan warungnya di tebet Raya No.57, meski tempatnya tidak terlalu luas, dan hanya bermodalkan 2 bangku kecil, pelayanannya membludak sehingga mereka rela makan sambil berdiri dan mengantri untuk membeli Ayam Bakar. Setelah sukses di tebet Mas Mono mengusung nama ayam bakar kalasan mas mono untuk jualannya. sebelumnya, ia tidak memakai merek untuk warungnya.
Untuk menampung pelanggannya mono kembali membuka warung di jalan Tebet Timur Dalam. lagi-lagi warung ini juga dipenuhi oleh pelanggan. Bukan hanya pelanggan lama, tetapi juga pelanggan baru, tetapi juga pelanggan baru sehingga warung ini yang semula diniatkan menampung pelanggan lama, malah bisa memperluas pasar lagi. Kini keseluruhan warung Mas Mono mencapai tujuh. selain yang disebut di atas Mono juga memiliki warung di jalan Panggadegan Selatan Raya, Jalan pulo Nangka Barat II, jalan Inspeksi Saluran E 26 Kalimalang dan kampus ASMI pulo mas.
Kunci sukses, kata Mono, adalah penerapan dari kata-kata mutiara yang sering diucapkan oleh banyak orang “Dimana ada kemauan di situ ada jalan. mungkin kata-kata itu sangat sederhana dan mungkin setiap orang sudah tahu tentang itu. tetapi kalau benar-benar di terapkan bisa menuntun hidup seseorang kearah yang lebih baik. saya merasakan sendiri kebenaran kata-kata itu,” Tegas Mas Mono.
Sumber : http://ayambakarmasmono.com/site/in/sejarah.html