ChanelMuslim.com– Makbul
Ada kisah menarik dari Abdullah bin Mubarak saat baru saja usai melaksanakan ibadah haji. Di sela-sela istirahatnya, salah seorang guru Imam Bukhari ini tertidur dan bermimpi.
Dalam mimpinya, ia mendapati dua malaikat sedang berbicara. “Berapa jumlah umat Islam yang menunaikan ibadah haji tahun ini?” malaikat pertama berkata.
“Mereka ada 600 ribu orang,” jawab malaikat kedua. “Sayangnya,” lanjut malaikat kedua, “Tak satu pun dari mereka yang hajinya diterima oleh Allah swt., kecuali seorang tukang sepatu di Damaskus bernama Ali bin Muwaffaq yang gagal berangkat haji.
Bahkan karena amalnya, semua jamaah haji tahun ini diterima amalnya oleh Allah swt.”
Baca Juga: Makbul Patel, Sosok Dokter Gigi Muslim yang Sediakan Klinik Gratis di AS
Makbul
Abdullah bin Mubarak penasaran dengan sosok yang disebut malaikat dalam mimpinya. Ia ingin tahu, amal apa yang dilakukan. Abdullah pun berangkat ke Damaskus untuk mencari tahu.
Pencariannya berhasil. Abdullah bin Mubarak menceritakan kepada Ali bin Muwaffaq tentang mimpinya di tanah suci. Sedemikian haru, Ali sang tukang sepatu pingsan mendengar cerita Abdullah bin Mubarak.
Akhirnya, Ali bin Muwaffaq menceritakan kenapa ia gagal berangkat haji. Setelah bertahun-tahun mengumpulkan uang dari hasil menjual sepatu, Ali berhasil memiliki uang sekitar 300 dirham. Jumlah yang cukup untuk berangkat ke tanah suci.
Suatu kali, isterinya yang sedang hamil mencium aroma masakan lezat dari arah rumah tetangganya. Ali pun pergi ke rumah tetangganya untuk memohon kerelaan tetangganya menyisihkan sedikit masakan lezat itu untuk dicicipi isterinya.
Seorang ibu, sang tetangga Ali, itu mengatakan. Masakan ini halal untuk kami, tapi haram untuk kalian. Ali bin Muwaffaq bingung. Apa maksud ucapan tetangganya itu.
Sang tetangga itu menceritakan kalau sudah beberapa hari, anak-anaknya yang yatim tidak makan. Ia pun berusaha mencari apa saja yang bisa dimakan. Hingga akhirnya menemukan bangkai keledai.
Bangkai itu dimasak dan diolah untuk dijadikan kudapan darurat untuk keluarganya. Itulah kenapa masakan itu halal untuk keluarganya dan haram untuk keluarga Ali bin Muwaffaq yang tergolong mampu.
Mendapati kenyataan itu, Ali urung meminta masakan yang beraroma lezat dari tetangganya itu. Ia kembali ke rumah untuk mengambil uang tabungan hajinya. Semua ia serahkan kepada tetangganya untuk menopang kehidupan mereka.
Abdullah bin Mubarak takjub dengan apa yang telah dilakukan Ali bin Muwaffaq. Ia begitu malu kepada Allah melalui ketinggian amal seorang tukang sepatu yang gagal berangkat haji.
**
Bukan daging dan darah hewan qurban yang sampai kepada Allah. Bukan kemeriahan dan kemewahan haji yang dinilai Allah. Melainkan, ketakwaan pelaksananya. Allah Maha Kaya untuk diutamakan hakNya dari penunaian hak-hak manusia yang terzhalimi di sekitar kita. (muhammad nuh/foto ilustrasi: gogelsonay)