HABIB Jindan Bin Novel Bin Salim Bin Jindan pernah menyampaikan khutbah Jumat di masjid Istiqlal tentang teladan Rasulullah dalam membangun peradaban berbasis masjid. Berikut isi khutbahnya.
Hendaknya umat Islam menunjukkan ke dunia ini keindahan Islam di dalam bidang apapun. Seorang mukmin di manapun dia ditempatkan dan sebagai apapun, harus memberi manfaat.
Sebagai presiden, ia mukmin, sebagai menteri, ia mukmin, menjadi pejabat, pedagang ia mukmin.
Sebagai mukmin, di mana pun ia memberi manfaat. Manfaat kepada semua, membantu dan memberi, menunjukan keindahan Islam di dalam profesinya.
Baca Juga: Rasulullah Teladan Segala Aspek Kehidupan, Termasuk Politik dan Militer
Khutbah Jumat Habib Jindan Tentang Teladan Rasulullah dalam Membangun Peradaban Berbasis Masjid
Hendaknya setap mukmin mengangkat citra Islam, bukan menjatuhkan citra agama Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam berjihad selalu berpesan untuk dilakukan dengan aturan, rahmat, dan kasih sayang.
Ketika dalam peperangan, kepada para sahabat dan umat Islam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan agar tidak menganggu wanita, anak-anak, tidak menganggu orang-orang yang sedang beribadat di kuil atau tempat ibadah mereka.
“Tidak boleh diganggu atau dirusak, serta tidak boleh mengganggu orang yang tidak berhubungan dengan peperangan.”
Ketika sahabat Ali bin Abi Thalib karramahullah wajhahu yang ditunjuk sebagai panglima satu peperangan, Ali bertanya kepada Nabi, apa yang harus dilakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ajaklah mereka kepada Islam. Habib menyampaikan ungkapan dan pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Demi Allah, engkau mengajak satu orang ke jalan hidayah, lebih baik dari engkau bawakan aku harta rampasan perang ataupun kekuasaan sebuah negeri, itu bukan yang dicari, tapi aku ingin semua orang mendapatkan hidayah.”
Ketika banyak para sahabat dan umat Islam gugur dalam peperangan, salah seorang dari sahabat mendatangi Nabi dan memintanya untuk mengutuk mereka yang telah memerangi umat Islam.
“Nabi mengatakan, dalam situasi perang, aku diutus bukan sebagai tukang caci maki dan tukang laknat, itu bukan aku. Sekalipun dalam situasi perang, aku diutus sebagai rahmatan lil’alamin bagi alam semesta ini.”
Ketahui dan camkan bahwa agama Islam tidak dibela dengan makian, agama Islam tidak dibela dengan cacian, Agama Islam berjaya di bumi Indonesia ini, di semua tempat di penjuru dunia ini dengan rahmat, dengan kasih sayang, dengan kegigihan dan kesungguhan dalam menjalankan ajaran dan dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Kita diperintahkan menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, itu betul. Amar ma’ruf, yaitu mengajak memerintahkan manusia pada kebaikan dengan cara baik-baik.
Nahi munkar, mencegah manusia dari kemunkaran juga dengan cara yang baik (ma’ruf), bukan kita amar ma’ruf dengan cara nahi munkar, atau nahi munkar dengan cara munkar, jadi dua munkar.”
“Dalam menjalanlan amar ma’ruf nahi munkar, Nabi tidak pernah mencaci, mengatakan orang jahat selama-lamanya. Bahkan selama berdakwah, diuji, diteror, ditindas, diperangi, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor dan mengumpat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menampilkan keindahan Islam di dalam semua perilakunya.
Masjid Membangun Peradaban
Keberhasilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan spritual, pemikiran, aktivitas kemasyarakatan yang selanjutnya membentuk budaya dan peradaban yaitu melalui masjid Nabawi.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berhasil mengubah masyarakat Arab jahiliyah menjadi masyarakat yang terbaik (Khaira Ummah). Beliau juga berhasil mengubah kampung kecil bernama Yatsrib yang tidak dikenal dan tidak masuk dalam peta menjadi Madinatul Munawaroh yaitu pusat peradaban yang gemanya sampai keseluruh dunia.
Sebagaimana di Indonesia pembangunan peradaban dan pendidikan di Indonesia dibangun bermula dari keberadaan sebuah masjid yang digunakan oleh para kiai mengajar. Kemudian, karena bertambahnya masyarakat yang ingin belajar dan datang dari tempat yang jauh, maka secara bertahap dibangunlah pondok-pondok tempat mereka menginap.
Pada akhirnya, berdirilah sebuah pesantren tempat mencetak para ulama dan menjadi pusat pengembangan dan pendidikan Islam.
“Di Indonesia banyak pondok pesantren yang bermula dari berdirinya sebuah masjid sebagai tempat para kiai mengajar, sehingga dakwah bebasis kemasjidan yang rosulullloh ajarkan dapat berperan terus dalam mendidik, mencerdaskan dan membangun peradaban umat Islam.”
Sumber: Istiqlal.or.id