ChanelMuslim.com – Ada khalifah bani Umayyah di Andalusia yang bisa menggetarkan Eropa. Hal yang lebih luar biasanya lagi adalah usianya masih sangat muda. Namanya Abdurrahman An-Nashir.
Baca Juga: Cara Umar bin Abdul Aziz Mengubah Kerajaan Bani Umayyah dari Penuh Kerusuhan Menjadi Negeri Berkah
Khalifah Bani Umayyah di Andalusia yang Menggetarkan Eropa
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin, walai masih muda ketika memimpin Andalusia, tetapi hatinya sudah penuh dengan semangat jihad, kepalanya berisi dengan ilmu-ilmu terapan, dan sikapnya dewasa nan meyakinkan.
Beliau lahir di masa Kaum Muslimin Andalusia terpecah belah menjadi 7 negeri kecil. Api pemberontakan ada di mana-mana, bukan karena kemiskinan, justru karena orang-orang berebut kekayaan Andalusia yang begitu melimpah.
Ayahnya dibunuh oleh saudaranya sendiri ketika umur Abdurrahman masih 20 hari. Dan ia memulai hidupnya sebagai yatim.
Namun, begitulah sejarah menciptakan manusia besar. Walaupun keadaan pahit itu, Abdurrahman An Nashir menjalani masa mudanya dengan mempelajari fiqh, Al Qur’an, Sirah Nabawiyah, sejarah Islam dan ilmu tatanegara.
Kakeknya sendirilah yang mendidik Abdurrahman untuk menjadi pemimpin besar yang mencintai Islam, jihad, sekaligus jenius dalam berbagai keahlian.
Di usia 22 tahun, tak ada keluarga Bani Umayyah yang mau menjadi pemimpin. Sebab, saat itu kekuasaan Bani Umayyah hanyalah kota Cordova saja dan beberapa desa di sekelilingnya.
Keadaan saat itu benar-benar krisis. Musuh ada di mana-mana dan Cordova ada di tengah-tengah mereka.
Di sekitar Cordova, ada negeri-negeri muslim saling berperang satu sama lain. Di utara, ada kerajaan-kerajaan Katolik Navarre, Castilla dan Aragon siap menyerang Umat Islam, dan di selatan ada api perang yang dinyalakan oleh kerajaan Syiah Fathimiyah.
Tahta kepemimpinan akhirnya diberikan pada anak muda berusia 22 tahun ini. Sang Abdurrahman An Nashir.
Baca Juga: Bedah Buku: Hajjaj bin Yusuf, Algojo Bani Umayyah
Membentuk Majelis Syura
Ia melihat krisis besar di seluruh mata angin, tetapi ia tak mau hanya diam dan mengikuti jejak pendahulunya yang salah melangkah.
Langkah pertama Abdurrahman An Nashir adalah membentuk majelis syura yang dipimpin oleh Ulama hebat bernama Al Mundzir bin Sa’id.
Program negara saat itu adalah menyalakan pendidikan Islam di masjid-masjid. Imam-imam dikader sedemikian rupa untuk bisa mengajarkan tarbiyah Islamiyyah pada masyarakat.
Masjid-masjid di Cordova dibentuk sebagai markas edukasi, sosial, bahkan militer. Abdurrahman An Nashir membentuk majelis Ulama yang menanamkan berbagai ilmu pada masyarakat.
Di masjid, tak hanya diajarkan ilmu-ilmu syar’i. ilmu tatanegara, ekonomi, manajemen, bahkan latihan berkuda serta memanah dirasakan oleh semua lapisan rakyat.
Abdurrahman An Nashir menyadari, bahwa sebab jatuhnya Umat Islam adalah karena jauhnya mereka dari Al Qur’an dan masjid. Untuk membangun umat yang kuat, energinya adalah kembali ke masjid dan kembali pada Al Qur’an.
Keadaan berangsur-angsur membaik, bahkan Abdurrahman sudah mengirimkan surat pada seluruh negeri muslim Andalusia untuk bergabung bersama Cordova menyatukan kekuatan Kaum Muslimin.
Bendera jihad ditinggikan dan Abdurrahman An Nashir turun langsung melakukan kampanye untuk menyatukan seluruh negeri Muslimin dalam satu kepemimpinan.
Selama 48 tahun kepemimpinannya, Andalusia menjadi negeri paling kuat di Eropa. Berbondong-bondong orang Prancis, Jerman, Inggris, dan Eropa Utara melanjutkan studi di Cordova, Toledo, Sevilla dan Granada.
Negeri dalam keadaan aman dan tenteram. Abdurrahman An Nashir juga membangun pusat-pusat penelitian dan pendidikan.
Di masa kepemimpinannya, Cordova memiliki 3000 masjid dan 100 ribu toko di sekelilingnya.
Tak banyak yang tahu, bahwa hingga kini Spanyol pun sangat menghormati Abdurrahman An Nashir.
Tahun 1961, mereka memperingati 1000 tahun wafatnya Abdurrahman dan menggelarinya sebagai raja terbaik Eropa abad pertengahan. [Cms]