ChanelMuslim.com – Motivasi untuk Seorang Penghafal Qur’an (Bag.1)
Kalian yang calom Hafidzah, semangat berjuang ya selama menghafal! Gimana perasaan kalian saat ini, selama berjuang? Lelah? Capek? Bosan? dan Kesal? Ya tentu dong, karena aku sendiripun pernah merasakannya juga.
Jika kalian sedang merasakan seperti itu, berarti tandanya kalian sedang diuji sama Allah subhanahu wa ta’ala. Apa itu yang dimaksud ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala yang ditujukan ke kita? \
Yaitu rasa malas untuk membaca Al-Qur’an, memegang Al-Qur’an bahkan selalu diliputi rasa kantuk saat menghafal ayat suci Al-Qur’an.
Baca Juga: Hiduplah Bersama Alquran
Motivasi untuk Seorang Penghafal Qur’an
Ada seorang penghafal Al-Quran yang bernama Kanisrina. Ia adalah anak yang penyabar dan penyayang. Ia hidup disebuah keluarga yang sangat sederhana. Dan ia salah satu anak dari keluarga penghafal Al-Quran.
Ia baru saja pindah sekolah, bukan karena tidak betah di pondok yang dulu. Tetapi, lebih tepatnya, ia sudah menyelesaikan target hafalan 30 juznya. Itu adalah salah satu keinginannya selama ini, menjadi penghafal Al-Qur’an. Setelah keinginannya tersebut terwujud, ia memilih untuk fokus pada bidang akademik, karena itulah ia pindah sekolah.
Cita-cita Kanisrina menjadi seorang dokter, maka ia harus bersungguh-sungguh mempelajari bidang akademik. Di pondok sebelumnya, ia tidak bisa mengikuti kejar paket. Oleh karena itu di sekolah yang baru, ia harus mengulang kelas.
Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc) menjadi sekolah boarding pilihannya. Ini pertama kali baginya sekolah di boarding. Saat masih dipondok dulunya, ia sempat berfikir:
“Bagaimana ya kalau aku di sekolah baru nanti tidak mempunyai teman untuk muroja’ah bareng,” gerutunya.
Di pondok sebelumnya Kanisrina dapat menyelesaikan hafalan 30 juz dalam 1 tahun lebih 1 bulan. Kedekatannya dengan teman-teman di pondoknya ini membuatnya sangat sedih saat berpisah.
Ia sudah menganggap teman yang di pondoknya seperti keluarga, Perpisahan memang sangat menyakitkan, tapi hikmah dari perpisahan ini kita jadi bisa belajar untuk merelakan segalanya demi masa depan yang lebih baik.
Bersambung…
Ditulis oleh Nisrina Khansa, santri kelas 1 SMA Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc).[Ln]