Chanelmuslim.com – Ketika Komandan Pasukan Ditegur Oleh Anak Buahnya
Salim menghimpun seluruh keutamaan yang diajarkan oleh Islam. Bahkan bisa dikatakan, semua keutamaan itu berdesakan memenuhi dirinya dan sekitarnya. Dan keimanannya yang sungguh-sungguh menatanya dengan baik.
Di antara kelebihannya yang paling menonjol ialah menyatakan secara terang-terangan apa yang dianggapnya benar. Dia tidak mau diam jika menurutnya ia harus bicara. Dia tidak mau mengkhianati kehidupan dengan berdiam diri terhadap suatu kesalahan yang dapat mengubur kehidupan itu.
Baca Juga: Kecerdikan Amru bin Ash Menghadapi Komandan Romawi
Ketika Komandan Pasukan Ditegur Oleh Anak Buahnya
Setelah pembebasan kota Mekah, Rasulullah mengirimkan beberapa pasukan kecil ke kampung-kampung dan suku-suku Arab sekeliling Mekah, dan menyampaikan kepada penduduknya bahwa Rasulullah saw. mengirim mereka untuk berdakwah dan bukan untuk berperang.
Khalid bin Walid terpilih sebagai kepala salah satu pasukan. Ketika Khalid sampai di tempat yang dituju, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkannya terpaksa menggunakan senjata dan membunuh. Ketika kejadian ini sampai kepada Nabi saw., beliau tidak henti-hentinya memohon ampun kepada Allah. Nabi Muhammad berucap, “Ya Allah, aku berlepas diri kepada-Mu dari perbuatan yang dilakukan Khalid.”
Bahkan, kejadian itu selalu diingat oleh Umar dan berpengaruh pada sikapnya terhadap Khalid. la berkata, “Sesungguhnya, pedang Khalid terlalu tergesa-gesa.
Dalam pasukan kecil yang dipimpin oleh Khalid itu, terdapat Salim Maula Abu Hudzaifah dan para sahabat lainnya. Ketika melihat perbuatan Khalid, Salim menegurnya habis-habisan dah menjelaskan kesalahannya.
Sementara Khalid sang komandan yang juga pahlawan besar di masa Rasulullah dan setelah Islam, terkadang diam mendengarkan, terkadang melakukan pembelaan, dan terkadang berbicara dengan suara lantang. Namun, Salim tetap berpegang pada pendiriannya dan mengemukakannya tanpa takut atau basa-basi.
Saat itu, Salim tidak memandang Khalid sebagai bangsawan pemuka dan memandang dirinya sebagai budak belian. Tidak! Karena Islam telah menyamakan kedudukan mereka. la juga tidak memandangnya sebagai komandan yang bebas berbuat salah, tetapi sebagai rekan seperjuangan. Teguran yang ia tujukan kepada Khalid bukan karena maksud tertentu atau suatu ambisi, tetapi sebagai nasihat yang dijunjung tinggi oleh Islam, dan dijadikan Nabi saw. sebagai sendi agama. Beliau pernah bersabda, “Agama itu nasihat. Agama itu nasihat. Agama itu nasihat.”
Ketika Rasulullah saw. mendengar tindakan Khalid itu, beliau bertanya, “Adakah yang menentangnya?”
Alangkah indah dan hebatnya pertanyaan ini. Kemarahan Rasulullah pun mereda saat para sahabat menjawab, “Ada. Salim Maula Abu Hudzaifah. ”
Inilah kisah hebat yang menunjukkan seorang anak buah yang berani menegur pimpinannya ketika pemimpinnya salah. Tentu hal ini didasari dengan pengetahuan dan keyakinan bahwa apa yang dilakukan oleh pemimpinnya adalah salah, bukan semata ingin menjatuhkan pemimpin dihadapan teman yang lainnya, juga bukan karena ingin mendapat simpati, tetapi pengetahuan dan keyakinan yang didasari karena kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya.[]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Ithishom